Tiga tahun Al Makin di Heidelberg. Di situ tersimpan kitab suci nabi Musailamah. Namanya juga Quran. Banyak sekali surahnya: 33 bab. Waktu membaca QurannyaMusailamah itu Al Makin tertegun. Mirip sekali dengan Alquran. Maka surah-surah dalam Qurannya nabi Musailamah itu ia teliti. "Saya tidak berani menerbitkan disertasi saya dalam bahasa Indonesia. Sensitif sekali," katanya.Al Makin tertarik pada nama Musailamah ketika membaca sejarah Nabi Muhammad. Nama Musailamah disebut. Yakni pada bab ''utusan''. Terutama ketika Nabi Muhammad bertemu dengan para kepala suku yang belum Islam. Pertemuan itu dilakukan di masjid Madinah. Pada saat itu Musailamah sebenarnya juga datang. Ia bukan hanya nabi. Ia juga kepala suku Hanifah di timur. Muhammad sendiri ia kenal sebagai kepala suku Bani Hasyim di Mekah. Dalam sejarah itu Muhammad tidak mengizinkan Musailamah masuk ke arena pertemuan. Musailamah mengirim surat ke Muhammad. Yang dikirimi surat juga membalas. Saat mengirim surat itu Musailamah berada di atas onta, tidak jauh dari masjid, sambil menunggu balasan dari Muhammad. Setelah tidak ada kesepakatan, Musailamah lantas kirim surat penawaran: bagaimana kalau dunia ini dibagi dua wilayah kekuasaan. Muhammad berkuasa di Mekah-Madinah dan sekitarnya. Musailamah di Riyadh dan wilayah timur. Muhammad membalas surat tawaran itu: menolak. Bumi ini tidak bisa dibagi. Bumi ini untuk orang beriman. Itulah yang membuat Al Makin tertarik meneliti Musailamah. Dari penelitiannya itu Al Makin berkesimpulan bahwa pengikut Musailamah sangat besar. Ia juga seperti Muhammad. Tidak hanya pemimpin agama tapi juga kepala suku. Bahkan juga pimpinan wilayah pemerintahan. Ketika Muhammad meninggal, nabi Musailamah masih hidup. Di zaman pemerintahan AbubakarSiddiqMusailamah diperangi. Terjadilah perang Yamama. Musailamah tewas di tangan pasukan Khalid bin Walid. Tapi agama yang dibawakannya masih hidup: agama Hanif. Kelak, di zaman dinasti Muawiyah pengikut Musailamah tidak mendapat tempat di sistem sosial. Mereka jadi kelas buruh dan budak. Di 100 tahun setelah meninggalnya Muhammad inilah praktis ajaran Hanif nabi Musailamah hilang dari jazirah Arab. Selesai mendapat gelar doktor Al Makin tidak pulang. Istrinya masih kuliah di McGill. Dia mengambil doktor bidang kerja sosial. Al Makin pilih menerima tawaran mengajar di Jerman. Yakni di Bochum University. Ia mengajar mata kuliah tentang nabi Ummaiyah bin Abi Salat yang di Taif itu. "Kitab suci Ummaiyah sampai 1000 koplet," ujar Al Makin. Baik yang Musailamah maupun yang Ummaiyah sama-sama punya semacam Al Fatihahnya.
Beda dua nabi tersebut adalah orientasi ajarannya. Musailamah lebih berorientasi ke Zooroaster. Dengan lambang tanduknya. Ummaiyah lebih berorientasi ke Roma. Roma di situ bisa diartikan Roma yang kini ada di Italia, atau Roma dalam pengertian Konstantinopelyang kini disebut Istanbul. "Tapi Roma juga bisa ditafsirkan sebagai Damaskus yang sekarang di Syria" ujar Al Makin.Setelah sang istri bergelar doktor dari McGill, Al Makin pulang. Tepatnya pulang ke Asia Tenggara. Ia mengajar filsafat di salah satu universitas di Singapura. Selama jadi ahli filsafat Singapura itulah Al Makin melakukan penelitian tentang nabi-nabi di Nusantara. "Kita pernah punya 600 nabi," ujar Al Makin. Itu sejak zaman penjajahan Belanda. Di Sumut pernah ada nabi Sisingamangaraja. Di Gedangan Sidoarjo juga pernah ada nabi. Pun di Brebek, Nganjuk. Yang paling belakangan adalah nabi Lia Eden dan nabi Musadiq. Yang dua-duanya ditangkap polisi, diadili dan masuk penjara. Kedua nabi itu meninggal dalam status masih sebagai narapidana. Saat itu Al Makin sampai tinggal di Lia Eden lama: 10 tahun. Ia jadi orang dalam di sana. Begitu masuknya Al Makin ke Lia Aden sampai lingkungan itu tidak tahu kalau Al Makin seorang peneliti nabi yang serius. Al Makin juga tinggal bersama Musadiq bertahun-tahun. Waktu keduanya di penjara Al Makin sering menengok ke penjara. Akhirnya Al Makin diminta pulang kandang: ke UIN Sunan Kalijaga. Ia jadi dosen dan memimpin satu lembaga kajian. Kini Al Makin menjadi rektor UIN Sunan Kalijaga. Tanpa pernah menjadi dekan maupun wakil rektor. Umurnya 50 tahun. Anaknya 2 orang. Sang istri dosen di UGM. Boleh dikata Al Makin adalah ahli filsafat keberagamaan. Selama ini baru dua orang yang meneliti nabi Musailamah. Satunya lagi orang Saudi: Prof Abdullah Al Askar, alm. Ada dua lagi sebenarnya, orang Jerman dan Amerika, tapi tidak mendalam. Kini Quran-nyaMusailamah maupun Ummaiyah ada di UIN Sunan Kalijaga. Tapi baniHanifah dan bani Hasyim dua-duanya sudah tak ada di dunia.(*)
Kategori :