Jika kusebut Nukman, mungkin banyak yang mengerutkan kening sambil mengingat-ingat siapakah dia. Akan tetapi, jika kukatakan Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi, pasti banyak yang mengacungkan jari. Ya, Beliau adalah salah satu dari Imam empat mazhab yang sangat terkenal itu. Nukman kecil terbiasa dengan lingkungan perdagangan karena memang ayah beliau adalah pedagang ulung. Setelah sang ayah tiada, usaha keluarganya pun makin berkembang karena kepiawaiannya berwirausaha. Bahkan, Nukman terkenal pula sebagai ulama, ilmuwan, sekaligus seorang entrepreneur. Suatu hari, salah satu pakaian yang diperdagangkannya terdapat sedikit cacat. Sebelum berdakwah, ia sudah berpesan kepada karyawannya untuk memberi tahu kepada yang membeli. Sayangnya, sang karyawan lupa memberitahukan hal tersebut saat pakaian itu laku terjual. BACA JUGA : Pelayanan Sepi, Isi Waktu Luang Dengan Tadarusan BACA JUGA : Jalin Silahturahmi, Gelar Bukber Ketika Nukman datang dan mendengar tuturan sang karyawan plus permohonan maaf, Nukman pun memaklumi dan berusaha mengejar sang pembeli. Namun, hasilnya nihil. Nukman lalu menyedekahkan seluruh uang penjualan tersebut karena khawatir termakan rezeki yang syubhat. Saudaraku, Sembilan dari sepuluh pintu rezeki adalah berdagang. Aku hanya mengutip sabda dari yang mulia Baginda Rosulullah Saw. Maka, Imam Hanafi telah memberikan teladan kepada kita sebagai entrepreneur sejati. Lebih-lebih lagi yang Beliau lakukan tak ubahnya seperti yang telah dicontohkan Baginda Rosulullah Saw sebagai pedagang yang profesional dan jujur.
Kategori :