Pengamat Sosial Dr Andries Lionardo MSi menyatakan, dengan masih adanya tawuran, bukti kelompok pemuda-remaja yang terlibat belum bisa melaksanakan interaksi sosial dengan baik.
“Terjadi di bulan Ramadan, tentu saja disayangkan. Menodai bulan yang suci ini,” katanya.Perilaku tawuran ini bertentangan dengan prinsip di Indonesia yang sangat mengedepankan hubungan sosial, kerukunan dan keberagaman. Adapun pemicu tawuran seperti perbedaan pendapat, kurangnya kedewasaan sosial, dan kepentingan tertentu. BACA JUGA : Usul Berlaku Jam Malam "Semua itu sebenarnya tidak usah dibesar-besarkan. Beda pendapat boleh saja yang penting tetap rukun. Kedewasaan sosial perlu ditingkatkan karena kita di era demokrasi," paparnya.
Untuk itu, masyarakat harus semakin dewasa, demokratis dan saling menghormati dalam interaksi sosial. Dia mengimbau, di momen bulan puasa ini, masyarakat bisa menahan diri untuk tidak terpancing terhadap provokasi oknum tertentu."Fokus beribadah. Lalu hargai keragaman perbedaan pendapat, suku, agama, ras dan adat istiadat. Itu semua sebagai penyatu kita sebagai bangsa Indonesia,"pungkasnya. (nni/)
Kategori :