Sebab metode menegur atau mendidik siswa era tahun 1950, jelas berbeda dengan zaman sekarang. "Guru harus meng-update ilmunya. Jangan cuma menyampaikan bahan ajar saja, karena perkembangan zaman juga mengubah pola ajar pada anak," jelasnya, saat menjawab keresahan guru mengenai cara menegur siswa.
Guru merasa dilema mendidik siswa saat ini. Karena jika diberi tindakan keras mereka akan dilaporkan ke polisi. Tapi jika dibiarkan saja, siswa didik tidak akan disiplin. Dalam kesempatan itu, Mu'ti juga menyampaikan kabar gembira bahwa untuk mewujudkan pendidikan berkualitas, pemerintah bakal meningkatkan kesejahteraan guru.
BACA JUGA:Sebelum Upload File, Cek 3 Komponen Penilaian Video Pembelajaran Saat UKin PPG Tahap 2
BACA JUGA:Pendidikan Inklusif dan Aksesibilitas Sumber Belajar
"Kalau saya intip mata anggarannya, ada sepertinya. Namun detail angka, berapa jumlah guru yang bakal menerima dan komponennya, tengah dihitung oleh Komisi X DPR," ungkapnya. Dengan peningkatan kesejahteraan guru nantinya, diharapkan juga kualitas pendidikan ikut naik.
“Jangan justru kredit guru saja yang naik,” tukasnya. Mu'ti menyadari, masih ada pekerjaan rumah yang harus dituntaskan untuk mewujudkan pendidikan berkualitas di Tanah Air. Dimana masih adanya pendidikan guru yang belum setara atau merata D4 atau sarjana.
Oleh sebab itu nanti akan dibuatkan program peningkatan beasiswa bagi guru, untuk menyetarakan pendidikan guru minimal sarjana atau D4. PR lainnya, program sertifikasi guru. Agar guru profesional maka harus memiliki sertifikasi Program Pendidikan Guru (PPG).
Sebab menurutnya, masih banyak guru yang belum menuntaskan PPG. Ditegaskannya, guru itu harus profesional secara teknis dan keterampilan. Sehingga harus dibarengi dengan sertifikasi. Dia berharap guru menyadari dirinya harus mengembangkan potensi pembelajar lebih atraktif dan inovatif, sehingga bisa meningkatkan kualitas pendidikan.
Menurutnya kemajuan AI dan teknologi, tidak bisa menggantikan guru sebagai peran utama mendidik generasi muda bangsa. Untuk itu, kualitas dan kompetensi guru harus ditingkatkan.
"Guru yang hebat akan melahirkan anak didik yang berkualitas. Sebab negara kita harus menjadi negara kuat dan berdaulat, untuk mewujudkan sesuai tagline Guru Hebat Indonesia kuat,” tegasnya.
Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian, mengapresiasi inisiatif Mendikdasmen yang mencanangkan Bulan Guru Nasional. "Artinya akan banyak perhatian yang akan diberikan kepada para guru, di tengah banyak tantangan yang sedang dihadapi," katanya.
Dia mencatat banyak capaian positif yang sudah dicapai, perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Komisi X DPR RI berkomitmen memastikan melalui fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
"Mudah-mudahan anggarannya nanti bisa kita tingkatkan. Karena banyak sekali program-program yang merupakan inovasi dari Prof Mu'ti ini ke depan. Mudah-mudahan hal yang bagus berkelanjutan dan hal yang masih kurang bisa diperbaiki," harapnya.
Perayaan Hari Guru Nasional (HGN) diselenggarakan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. Pada Tahun 2024, Kemendikdasmen mengusung tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat.”
Tema ini diambil sebagai bentuk dukungan dan apresiasi terhadap semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi dari guru-guru hebat Indonesia dalam memberikan layanan pendidikan untuk anak bangsa. Serta menjadikan profesi guru semakin bermartabat, terhormat, dan membanggakan.
“Kemendikdasmen mengajak segenap pemangku kepentingan untuk memperingati dan merayakan bersama-sama Bulan Guru Nasional 2024. Dengan cara yang sederhana, bermakna, dan membawa semangat positif bagi pendidikan Indonesia,” imbuh Dirjen GTK, Nunuk Suryadi.