PRABUMULIH, SUMATERAEKSPRES.ID - Tuti Dwi Patmayanti merupakan putri daerah pertama yang mengemban amanah sebagai Humas Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4. Perempuan yang lahir di Prabumulih, 28 Oktober 1968 itu sudah melanglang buana bertugas di Pertamina.
Dibincangi di ruang kerjanya, Ibu tiga anak ini mengaku awalnya bercita-cita menjadi seorang TNI. Namun, dia justru berhasil lolos sekolah perawat kesehatan Pertamina di Simpung, Jakarta Selatan. "Alhamdulillah, saya mendapatkan beasiswa dari Pertamina saat itu," ujar Tuti.
Lalu, Tuti memulai karier bekerja sebagai perawat Pertamina tepatnya mulai 13 September 1988 dan mengikuti ikatan dinas selama lima tahun. Di awal tugasnya, perempuan tangguh ini ditempatkan di Instalasi Gawat Darurat RSPP Jakarta di Jalan Kyai Maja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada 1993. Sambil bekerja secara shift, Tuti melanjutkan pendidikan di Fakultas Komunikasi Universitas Dr Moestopo jurusan Humas. "Saat masih bertugas di RSP saya sering mengurusi media. Di saat Presiden Soeharto dirawat, kita memfasilitasi prescon dengan media. Karena banyak pejabat yang datang membesuk, salah-satunya BJ Habibi," sebutnya.
Lalu, Tuti mendapatkan tawaran, tetap bertahan di RSPP atau bergabung ke Pertamina Persero. "Awalnya berat, tapi akhirnya saya memilih ke Persero, saya memilih pulang kampung, Prabumulih,’’ ujarnya.
BACA JUGA: Gaya Profesional Cerminkan Kepribadian Anda Melalui Penampilan Karier
Di tahun 2002, dia sempat beberapa kali pindah tugas ke Pendopo, Prabumulih. Bahkan sempat ke Jakarta lagi dan akhirnya 2022 didefinifkan menjadi head of Comrel & CID PHR Zona 4 sampai sekarang.
Menjadi humas, tentu banyak suka dukanya, terlebih lagi berhadapan dengan warga se-daerah. "Saya juga sempat salah kostum. Saat ditugaskan ke lapangan, saya memakai sepatu hills ternyata saat sampai lokasi, penuh dengan lumpur dan tanah liat,’’ ujarnya tersenyum.
Hanya saja, di Prabumulih dia mendapatkan dukungan penuh dari keluarga dan suami karena bisa mengabdi untuk warga Prabumulih. ‘’Selain itu bisa dekat dengan keluarga, terutama orang tua," ujar perempuan yang mempunyai motto tidak ada kata tidak bisa, tidak mampu, dan tidak mau.