Sejak jauh hari sudah dilakukan pembinaan kepada para hakim dewan juri mulai dari tingkat kota/kabupaten. Kedua, pembinaan melalui berbagai pola. Mulai dari pertemuan online lewat zoom meeting. Kemudian, training center (TC) offline atau pembinaan secara bertemu langsung di satu tempat dan waktu bersamaan. Serta pola training camp.
"Namun, pembinaan yang kita lakukan sejauh ini sebenarnya masih belum cukup ideal. Karena pembinaan TC terpusat yang umumnya sampai 15 kali, tapi kita hanya 2 kali," ungkapnya.
BACA JUGA:MTQ Nasional ke-30 Kalimantan Timur jadi Simbol Awal Peradaban Baru
BACA JUGA:Presiden Jokowi Apresiasi Penggunaan Teknologi Digital di MTQ Nasional ke-30
Ke depan pembianaan melalui TC terpusat harus ditingkatkan. Untuk itu, harus didukung support anggaran dari pemerintah. Mudrik menambahkan, persaingan para kafilah dengan provinsi lain diakuinya sangat luar biasa.
Tidak heran, karena pembinaan yang dilakukan dari para pesaing sampai ada yang 16 kali TC. Terlepas dari itu, prestasi kafilah Sumsel ini lua biasa. LPTQ Sumsel sebelumnya hanya menargetkan masuk 7 besar nasional.
"Kita mengukur kemampuan, targetnya berat. Jadi tidak mau muluk-muluk 5 besar. Makanya target masuk 7 besar, naik satu peringat dari sebelumnya. Ternyata hasilnya luar biasa, malah masuk 5 besar," beber Mudrik.