BATURAJA, SUMATERAEKSPRES.ID - Pertamina Hulu Energi (PHE) berkolaborasi dengan PT Elnusa Tbk dalam penelitian minyak dan gas, melalui Survei Seismik 2D Amalia Extension. Ada 2184 titik di OKU dan Muara Enim yang diteliti. Penelitian sebelumnya telah melalui tahapan sosialisasi berjenjang di tingkat pemerintahan dan perizinan yang diperlukan termasuk di antaranya perizinan lingkungan.
Kepala Peneliti Pelaksana Survei Seismik 2D Amalia Extension Indra Kurniawan mengatakan, kegiatan survei aman dan ramah lingkungan. “Kompensasi yang diberikan juga sesuai ketentuan,” ujarnya.
BACA JUGA:Bergerak Bersama Menangkan Bertaji
Penelitian tak memiliki efek berkepanjangan. Karena sudah ada penelitian Survei Seismik yang dilakukan instansi akademik termasuk Unsri dan IPB. ‘’Apalagi setiap pagi sebelum kru bekerja kita selalu mengingatkan untuk menghindari kerusakan tanaman produktif,’’ ujarnya.
Diakuinya, dari aktivitas seismik kadang ada yang tak terhindarkan lagi sebab titik-titiknya tidak bisa digeser lagi. ‘’Ini bertujuan menghasilkan data seismik yang baik, sehingga diharapkan mendapatkan output yang laik untuk menopang ketahanan energi nasional, karenanya survei seismik memerlukan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat,’’ ujarnya.
Dikatakan, untuk kegiatan survei seismik yang dijalankan ini hanya bagian dari tahapan awal eksplorasi migas yang sudah melalui proses perizinan berjenjang. ‘’Sifatnya sementara dan sekadar melintas atau numpang lalu, tanpa adanya pembebasan lahan atau penggunaan lahan secara permanen,’’ ujarnya.
Izinnya hanya sampai pada kegiatan seismik, di luar kegiatan seismik akan ada perizinan kembali. ‘’Saat pekerjaan survei pun masyarakat masih bisa melakukan kegiatan seperti sedia kala. Kalau ada tahapan lanjutan misalnya pengeboran sumur migas akan memerlukan perizinan, koordinasi dan sosialisasi lebih lanjut ke pihak terkait termasuk masyarakat,’’ ujarnya.
Dikatakan, untuk ketahanan energi nasional, ini memerlukan dukungan seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat OKU dan Muara Enim agar survei seismik berjalan dengan lancar. ‘’Tak menutup kemungkinan di lahan masyarakat tersebut nantinya akan ditemukan migas yang akan membawa dampak positif,’’ ujarnya.
Dikatakan, pengeboran pada Survei Seismik Dua Dimensi juga menggunakan alat yang sangat sederhana. ‘’Karena hanya dipikul oleh tenaga manusia. Bertujuan untuk menempatkan sumber gelombang fisika pada kedalaman yang dangkal dengan diameter lubang sekitar 3 inchi atau sekitar 7 sentimeter,’’ ujarnya.
Lubang bor itu pun dibuat dengan memperhatikan jarak aman dan diratakan lagi, sehingga tidak berbahaya dan meninggalkan bekas di lahan masyarakat. ‘’Berbeda dengan pengeboran kegiatan eksplorasi dan produksi migas yang membutuhkan alat berat,’’ katanya.
Sumber gelombang yang digunakan pun ramah lingkungan dan mudah terurai. Salah satu materialnya terbuat dari nitrat yang merupakan salah satu sumber unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman. ‘’Setelah pengisian sumber gelombang, selanjutnya dilakukan kegiatan perekaman, untuk memancarkan gelombang yang berinteraksi dengan sifat dan karakteristik batuan yang ada di bawah permukaan yang dipantulkan dan diterima alat penerima (receiver),’’ katanya.
Setelah selesai kegiatan perekaman, akan dilakukan pendataan akhir secara langsung di lapangan bersama pendamping desa. ‘’Apabila terdapat tanamannya yang rusak akibat kegiatan seismik maka akan didata. Ini menjadi dasar pemberian kompensasi semacam ucapan terima kasih mengacu pada Peraturan Gubernur Sumsel yang berlaku,’’ ujarnya.
Dilakukan, hal ini sebagai bentuk survei seismik tanggung jawab dan tidak merugikan masyarakat. ‘’Pertamina Hulu Energi dan Elnusa terus berkomitmen menjalankan survei seismik yang merupakan tools dalam menjaga ketersediaan energi nasional. Bukan hanya dengan mengembangkan teknologi dan metodologi terbaik dalam menjalankan kegiatan eksplorasi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, melainkan juga secara sosial,’’ pungkasnya. (bis)