PALEMBANG – Banyaknya nama mantan pejabat seperti mantan Bupati /Walikota yang bakal maju pada Pemilu Legislative DPR RI 2024, menurut pemerhati politik Sumatera Selatan, Drs Bagindo Togar Butar Butar membuat pertarungan merebut kursi wakil rakyat itu semakin berat.
“Melihat banyaknya calon bermunculan, membuat pertarungan pada tahun 2024 mendatang akan semakin berat. Lebih berat dari tahun politik 2019 yang lalu,” ujar Bagindo, dibincangi koran ini di kediamannya, Minggu (8/1).
Lebih lanjut dia mengatakan ditengah beratnya kondisi pertarungan politik pemilu legislative, partai politik khususnya papan tengah kebawah bakal banyak merekrut dan mengandalkan para pejabat kepala daerah yang segera “pensiun serentak”, menjadi penting dan strategis.
Mengapa? Diharapkan kelak terhindar dari degradasi rating perolehan kursi secara Nasional. Disisi lain, kontribusi “kapital cost” atau biaya modal dari para caleg pensiun pejabat tadi juga dibutuhkan oleh Parpol dalam menghadapi Pemilu nanti.
“Banyak partai mengalami kepanikan menghadapi pemilu. Mengingat arena pertarungan politik 2024, semakin berat khususnya untuk kelompok partai politik kelas menengah kebawah. “Kalau untuk papan atas, seperti PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra menganggap sudah settle dan kalau untuk menerima tokoh tokoh daerah, kepala kepala daerah atau calon pejabat daerah gak begitu penting,” ucapnya.
Berbeda dengan partai papan menengah kebawah seperti PAN, PKB, NASDEM. Kenapa? Pertama disamping wajib memiliki cost politik, popularitas serta pengaruh mereka. Partai berkepentingan untuk menyelamatkan rating mereka dalam pemilu nanti. Dimana rating itu mempengaruhi dalam kredibilitas dan klasifikasi mereka sebagai partai politik. “Tanpa cost politik dan popularitas, pertarungan menjadi semakin berat,” ujarnya.
Umumnya, lanjut Bagindo, rata- rata kepala daerah yang maju yang masa jabatannya habis. “Mereka maju menjadi caleg, lantaran telah terbiasa dengan jabatan politik itu persoalannya,” paparnya. “Jika memilih pekerjaan lainnya, misalkan menjadi pengusaha mungkin pakai keluar keringat, mau jadi petani gak mau repot, mau jadi jurnalis apa lagi ya gak. Mau jadi akademisi tanggung gelarnya kan kira kira begitu,” paparnya.
Jadi salah satu indicator mereka berlomba lomba itu, bahwasanya memang fashion mereka di kekuasaan dan jabatan politik. Yang kedua bagi partai politik akan meringankan serta memperbaiki ranking parpol.
“Cenderung mudah ketimbang, caleg dicari yang baru baru. Walaupun punya duit pengaruhnya akan kurang. Karena yang baru memang jaringan mereka kurang dan dianggap tak memiliki garansi,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan, bagi caleg pendatang pendatang baru yang ingin masuk ke ranah politik DPR RI. Mereka mau tak mau harus kerja keras luar biasa mau. “Dan ini belum tentu ancaman buat mereka eks kepala daerah. Cost yang mereka harus keluarkan pun, dibanding dengan pertahana harus dua atau tiga kali lipat. Apalagi, dia masih harus memberikan kontribusi pada parpol,” bebernya. (Iol)