PROYEK 21 T GAGAL

Kamis 09 Mar 2023 - 23:30 WIB
Reporter : dedesumeks
Editor : dedesumeks

Bayern 2 (3)-(0) 0 PSG

MUNICH –  Dana fantastis sudah dikeluarkan Paris saint Germain (PSG) untuk Liga Champions. Namun, proyek yang disusun itu justru gagal.

Sebab, langkah PSG di Liga Champions 2022/2023 terhenti di babak 16 besar, Kamis dini hari kemarin (9/3).  Adalah gol dari  Eric Maxim Choupo-Moting dan Serge Gnabry membuat PSG harus kalah dengan skor agregat 0-3.

Ini menjadi catatan buruk. Sebab, sejak dimiliki Qatar Sports Investments (QSI) pada 2011 lalu. Ini menjadi yang ke-11 kali PSG gagal di liga terbesar di Eropa tersebut.  QSI dan penggemar PSG pastinya kecewa berat dengan hasil tersebut.

Setelah membeli klub ini, Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani melalui QSI yang dipimpin Presiden klub Nasser Al-Khelaifi berjanji membentuk tim yang mampu memenangkan Liga Champions.

Demi mimpi membawa PSG sebagai jawara Eropa untuk pertama kalinya dalam sejarah klub, mereka telah menghabiskan lebih dari €1,3 miliar atau sekitar Rp21,1 triliun untuk mendatangkan pemain bintang sejak musim panas 2011.

Superstar mahal yang mereka datangkan termasuk Zlatan Ibrahimović, Neymar, Kylian Mbappé, hingga Lionel Messi. Namun, dengan skuat mewah yang mereka miliki, PSG hanya mampu menjadi raja domestik.

Kegagalan demi kegagalan di level Eropa membuat kursi pelatih PSG begitu panas. Klub yang berdiri pada 12 Agustus 1970 itu total sudah memecat enam pelatih di bawah Nasser Al-Khelaifi.

Korban pertama PSG adalah Antoine Kombouaré. Ia dipecat hanya enam bulan setelah PSG diambil alih QSI. Setelah itu menyusul, Carlo Ancelotti, Laurent Blanc, Unai Emery, Thomas Tuchel, dan Mauricio Pochettino.

Selain Antoine Kombouaré, pelatih lainnya mampu mempersembahkan gelar Ligue 1 dan trofi domestik lainnya. Akan tetapi, mereka dipaksa melepas jabatan karena tidak mampu mewujudkan mimpi besar QSI, juara Liga Champions.

Sejauh ini, prestasi terbaik mereka di Liga Champions hanya menjadi finalis pada musim 2019/2020 bersama Tuchel di mana mereka dikalahkan Bayern Munchen. Musim berikutnya, mereka dihentikan Chelsea di babak semifinal.

Kini, Christophe Galtier mengikuti jejak kegagalan pendahulunya. Dengan skuat yang begitu mewah dan punya pengalaman juara, nasib mantan pelatih Lille itu jelas tak lagi aman.

Galtier sendiri tak berusaha menutupi kekecewaannya setelah mereka tersingkir di Allianz Arena. "Ini kekecewaan besar. Kami harus menghadapinya dan menerimanya. Ada banyak kekecewaan di ruang ganti,” ujarnya di situs UEFA.

“Saya tidak tahu apakah ini pelajaran yang bisa dipetik, tapi ada banyak frustrasi. Jika kami mencetak gol pertama, itu akan berbeda, tetapi kami tidak melakukannya," lanjutnya.

Sementara itu, Bayern Munchen melalui sang pelatih, Julian Nagelsmann merasa sangat puas. Mereka mengaku pantas meraih tiket babak delapan besar tersebut.  “Kami bertahan lebih baik di babak kedua dan berbahaya saat menguasai bola. Pada akhirnya, kami pantas menang," ungkap dia. (amr/rip/)

Tags :
Kategori :

Terkait