Digitalisasi Finansial dan UMKM, AstraPay Wujudkan Indonesia Maju

Minggu 25 Aug 2024 - 21:32 WIB
Reporter : Rendi Fadillah
Editor : Edi Sumeks

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Sektor digital diyakini menjadi tumpuan dan kekuatan ekonomi global di masa mendatang. Dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Digital Indonesia 2023-2045, Kementerian PPN/Bappenas memproyeksi nilai aktivitasnya di Indonesia mencapai Rp22.513 triliun tahun 2045, dari posisi 2021 sebesar Rp1.490 triliun. Jika kontribusi TIK terhadap PDB (product domestic bruto) RI 2021 baru 6,12 persen, maka 2045 diperkirakan tembus 20,7 persen.

 

Digitalisasi akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi ke depan dan mengakselerasi Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi atau Negara Maju 2045. Namun memacu pertumbuhan ekonomi digital yang pesat, Pemerintah bersama stakeholder terkait perlu melengkapi infrastruktur telekomunikasi, mulai dari jaringan backbone (koneksi/sinyal internet) ke seantoro negeri, data center, cloud computing (server, database, perangkat lunak). Didukung SDM teknologi mumpuni, perlindungan konsumen, hingga pengembangan ekosistem digital.

 

Keberadaan ekosistem digital, baik itu e-commerce (marketplace) atau social commerce (media sosial), on demand services, financial technology (fintech), maupun online travel agent (OTA) meningkatkan penggunaan platform dan transaksi keuangan/pembayaran digital melalui online banking, uang elektronik (e-money), dompet elektronik (e-wallet), hingga QRIS ( Quick Response Code Indonesian Standard ).

 

Saat ini tren transaksi digital terus melaju seiring kian banyak platform digital. Data Bank Indonesia (BI) menunjukan pada tahun 2023, nilai transaksinya Rp58.478,2 triliun naik 13,48 persen dibanding 2022 yang sebesar Rp52.545,8 triliun dan 2021 Rp39.841,4 triliun. Diproyeksi tahun 2024 meningkat 9,11 persen (year on year) menjadi Rp63.803,77 triliun.  

 

Besarnya transaksi digital juga didorong keberadaan e-wallet seperti AstraPay yang berada di bawah naungan Astra Financial. Hingga Mei 2024, aplikasi ini telah memiliki 13 juta pengguna sejak diluncurkan Juli 2020, dan berhasil mencatatkan 32 juta transaksi dengan gross transaction value (GTV) sebesar Rp19,03 triliun. Ditarget hingga akhir 2024 bisa merangkul 15 juta users dengan GTV Rp52,59 triliun.

 

BACA JUGA:Mau Hadiah Saldo AstraPay Rp10 juta, Ikuti Lomba Desain Logo HUT 35TH FIFGROUP. Ini Syaratnya

 

BACA JUGA:Astra Motor Sumsel Raih Prestasi Tertinggi, Di Technical Skill Contest 2024 Tingkat Nasional

 

Saat ini AstraPay melayani transaksi digital apapun dimanapun, meliputi pembelian pulsa, paket data, token listrik, voucher games. Kemudian pembayaran angsuran kendaraan (FIF Group, ACC, Maucash, TAF), tagihan (telepon, PDAM, TV kabel, gas), polis asuransi (Astra Life, BPJS Kesehatan), donasi dan zakat (zakat mal, zakat profesi, infaq, wakaf), pembayaran tiket transportasi umum (MRT, Trans Jakarta), serta pajak (PBB).

 

Tidak itu saja, users dapat melakukan pembayaran via QRIS AstraPay di 32,71 juta merchant QRIS yang ada di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, 30,2 juta merupakan merchant UMKM. Tak hanya UMKM perkotaan, QRIS AstraPay bisa digunakan membeli produk di merchant UMKM desa pelosok, seperti Karya Heuleut Kanekes milik warga Baduy Amir bin Salim di Kampung Kadu Ketug, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

 


QRIS ASTRAPAY : Pengunjung Desa Wisata Saba Budaya (Baduy luar) memindai barcode QRIS Astrapay untuk membayar pembelian produk kerajinan di Rumah UMKM Karya Heuleut Kanekes milik Amir bin Salim. -Foto : Dok Amir-

 

Jadi walaupun berada di pedalaman Pegunungan Kendeng, pelancong yang berwisata ke Desa Wisata Saba Budaya (Baduy luar) tetap leluasa mengakses QRIS AstraPay. Karya Heuleut Kanekes sendiri menjual berbagai cendramata khas Suku Baduy, di antaranya kain tenun Baduy, sal, selendang, tas rajutan, minuman jahe, dan aneka souvenir. Sejak tahun 2019, Amir telah menerima pembayaran digital metode QR Code dari BI tersebut.

 

Selain Amir, beberapa UMKM lain yang berada di kampung Suku Baduy pun melayani pembayaran QRIS AstraPay. “Kini urang Kanekes tak hanya berprofesi petani atau peladang, juga membuat kerajinan anyaman dan rajutan, menenun kain, berjualan makanan minuman, kain batik, pakaian, madu, hingga menjadi pemandu wisata,” terangnya.

 

Menurut Amir, pelaku UMKM Baduy cukup banyak dan berkembang. Di kampungnya saja ada 40-50 pelaku usaha. Total Desa Kanekes memiliki 72 kampung, terbagi menjadi 3 kampung Baduy Tangtu (Baduy Dalam) dan 69 kampung Baduy Panamping dan Dangka (Baduy Luar). Penduduknya lebih dari 20 ribu jiwa dengan 3.500 KK. “Kami sangat terbantu metode pembayaran QRIS, proporsinya bahkan mendominasi 50 persen transaksi. Banyak pelancong, khususnya yang kehabisan atau tidak bawa uang tunai dan transaksinya besar, mereka bayar non tunai,” lanjut Amir.

 

BACA JUGA:Astra Motor Dukung Bali United, Di Liga 1 Musim 2024/2025

 

BACA JUGA:Gapai Impian Bersama Astra Financial, Cerita Pelanggan Otomotif di GIIAS 2024

 

Wisatawan itu berasal dari Banten, Sumatera, Kalimantan, Jakarta hingga turis asing dari Malaysia, Thailand, atau negara lain yang datang ikut menggunakan QRIS Cross-Border Transaction (QRIS Antarnegara). Bagi Amir, penggunaan QRIS AstraPay sendiri praktis, cepat, efisien, dan tercatat. Apalagi sirkulasi barang keluar masuk dan omset bersih-nya mencapai Rp10-15 juta per bulan sehingga perlu pembukuan akurat.

 

Transaksi QRIS dengan AstraPay bisa dari nilai terkecil berapun, tergantung jumlah belanjanya. “Ada yang cuma Rp100 ribu, Rp500 ribu, hingga jutaan Rupiah. Ada saja pengunjung belanja kain khas Baduy yang harganya Rp1,2 juta,” sebut Amir. Saat ini, kunjungan ke Desa Wisata Saba Budaya cukup ramai, terutama weekend mencapai 500-1.000 orang dan ini turut mendongkrak omset Karya Heuleut Kanekes.

 

Sementara Ernawati, owner Toko Naya menjadi merchant AstraPay sejak 2022 silam. “Banyak sekali keuntungan yang saya dapatkan. Kami memiliki value lebih pada toko kami, karena dengan QRIS dari AstraPay kami dapat menerima pembayaran digital, baik melalui QRIS e-wallet maupun m-banking,” ungkap Ernawati.

 

Customer juga semakin antusias berbelanja barang atau produk sembako. “Selain praktis bertransaksi, mereka senang menerima cashback Rp10 ribu selama 5 kali. Terima kasih AstraPay sudah merangkul kami menjadi salah satu merchant,” lanjutnya. Kini konsumen kian ramai, omset penjualan Toko Naya yang berlokasi di Perumahan Bumi Sentosa Damai, Karang Sentosa, Karang Bahagia, Kabupaten Bekasi ini naik berlipat ganda.

 

Tak hanya merchant memperoleh benefit, pengguna AstraPay seperti Septariani (32), warga Desa Banjar Sari, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumsel juga demikian. “Saya sudah menginstal dan menggunakan AstraPay dari tahun 2022. Lewat aplikasi ini saya bisa membeli pulsa atau paket data, token PLN, hingga membayar zakat dan iuran BPJS Kesehatan mandiri,” ujar Septa.

 

Keberadaan e-wallet AstraPay di smartphone-nya sangat genting, terutama membantunya melunasi iuran JKN-KIS keluarga tepat waktu demi hindari status peserta non aktif. Menurutnya, pembayaran iuran JKN ditenggat sebelum tanggal 10 setiap bulan. “Jika telat bayar, kartu BPJS Kesehatan dinonaktifkan sementara sehingga kami tak bisa menggunakannya berobat gratis ke rumah sakit,” bebernya.

 

Kalaupun masih memakai BPJS Kesehatan, kena pinalti dan jatuhnya tetap membayar jutaan Rupiah walaupun tunggakan iuran telah dilunasi. Padahal, lanjut Septa, anaknya memiliki risiko rawan sesak nafas lantaran keturunan, terutama ketika demam. “Pokoknya selalu siaga, kartu JKN-KIS harus tetap aktif. Dan AstraPay memudahkan saya melunasi iuran secepatnya meski dini hari, tanpa harus ke Kantor BPJS Kesehatan atau minimarket,” cetusnya. Satu lagi, AstraPay bisa diakses dimana saja dan kapan saja, termasuk dari Desa Banjar Sari atau desa-desa pelosok lain sepanjang ada sinyal internet.

 

Top up AstraPay tak sulit, kata Septa, melalui minimarket terdekat atau transfer bank via nomor virtual account. “Dari AstraPay, saya juga sering transfer dana ke sesama AstraPay, rekening bank, hingga tarik tunai di ATM,” lanjutnya. Keuntungan lain setiap membayar tagihan atau cicilan, membeli pulsa, atau makan di restoran menggunakan AstraPay, ia mendapat diskon dan cashback hingga Rp100 ribu.

 

Chief Marketing Officer PT Astra Digital Arta (AstraPay), Reny Futsy Yama mengatakan pihaknya menyadari ekonomi digital menjadi kunci akselerasi perekonomian negeri. Sebagaimana tujuan Pemerintah Indonesia meningkatkan keuangan digital Tanah Air, AstraPay mencoba berkontribusi, mengedukasi sistem pembayaran digital, serta meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat, khususnya bagi pelaku UMKM.

 

Diketahui hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK tahun 2024 menunjukan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia baru 65,43 persen, dan indeks inklusi keuangan 75,02 persen. Reny berharap kehadiran AstraPay memacu literasi-inklusi keuangan lebih baik, dengan memudahkan masyarakat melakukan transaksi apa saja.

 

“Kami juga mendorong secara masif kerja sama dengan berbagai merchant UMKM di Indonesia . Langkah ini sebagai inisiatif perusahaan mendukung transformasi digital finansial dan memacu digitalisasi UMKM untuk Indonesia Maju, ” ungkap Reny. Total hingga semester 1 2024, sudah ada 25 ribu merchant bekerjasama dengan AstraPay.

 

Membangun UMKM, Membangun Perekonomian

 

UMKM memiliki peran yang sangat besar bagi perekonomian RI. Kontribusinya terhadap PDB mencapai 61,9 persen, setara Rp7.614,5 triliun pada PDB 2023, berdasarkan Harga Konstan 2010. Total ada sekitar 64,2 juta UMKM di Tanah Air menyerap 97 persen tenaga kerja nasional atau 117 juta pekerja.

 

Semakin maju UMKM, kans Indonesia mewujudkan visi Negara Maju atau Indonesia Emas 2045 sebagaimana Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 semakin besar. Pemerintah minimal harus meraih pertumbuhan ekonomi setidaknya 6 persen dari rata-rata saat ini 5 persen per tahun, supaya proyeksi GNI per kapita 2042 masuk high income (pendapatan tinggi) senilai US$ 18.790.

 

Tetapi Pemerintah tak bisa bekerja sendiri, butuh dukungan semua pihak memajukan UMKM, baik dengan permodalan, infastruktur, digitalisasi, dan lainnya. AstraPay mendorong perekonomian RI, mendorong UMKM melalui sektor digital yang potensinya sangat besar. Apalagi hingga Desember 2023, baru 27 juta (42 persen) UMKM mengadopsi teknologi digital. Target Pemerintah 2024 menjadi 30 juta. Sementara pengguna QRIS di Indonesia per Juni 2024 telah mencapai 50,50 juta.

 

AstraPay berharap bisa menjadi solusi kendala-kendala pelaku UMKM go digital sebagaimana survei Kementerian Koperasi dan UKM. Yaitu 40 persen memiliki keterbatasan akses pada teknologi, 30 persen keterbatasan SDM, dan 30 persen tidak paham manfaat digitalisasi. Tak sekedar menggaet users, AstraPay punya program Mitra AstraPay yang memungkinkan users berbisnis, berjualan layanan atau produk digital (angsuran, top-up, saldo AstraPay, tarik tunai) dari platform dan mendapatkan komisi dari setiap transaksi.

 

Lalu program Merchant AstraPay bagi UMKM yang menawarkan berbagai benefit. AstraPay memberikan cashback kepada pelanggan merchant supaya omset terdongkrak, kredibilitas dan cashless, gratis biaya admin dan biaya transfer, mendapatkan merchant dashboard (kasir online), QRIS AstraPay plus brosur dan stiker, activation kit, serta pada acara welcoming merchant, pembeli mendapatkan hadiah dari kuis dan doorprice saldo AstraPay. Setelah bergabung, UMKM dapat mengajukan pinjaman ke FINATRA dengan plafond Rp25 juta hingga Rp500 juta.

 

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, memberikan apresiasi kepada AstraPay yang senantiasa menjadi mitra Pemerintah mengakselrasi transformasi digital UMKM, khususnya dalam penyediaan layanan pembayaran berbasis QRIS. Dikatakan, UMKM yang punya kreativitas, inovasi, dan memanfaatkan teknologi terbukti mampu bertahan dan bangkit di masa pandemi Covid-19.

 

Dengan terhubung ke ekosistem digital, lanjut Teten, membuka peluang bagi UMKM untuk tumbuh ekspansif dan lebih mudah menjangkau konsumen. Mengingat proyeksi nilai ekonomi digital 2030 bisa Rp4.531 triliun, tumbuh 8 kali   lipat dari 2020. “Untuk memanfaatkan potensi itu, UMKM harus bertransformasi digital secara utuh sehingga kita tak sekedar menjadi pasar produk impor. Saya mengajak seluruh UMKM memanfaatkan peluang digitalisasi dan menjadi juara di negeri sendiri,” terang Teten. (fad)

Kategori :