PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID – Panjat pinang merupakan lomba yang masuk dalam salah satu tradisi serta selalu dinantikan dalam perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus.
Lomba tersebut tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki makna yang mendalam dan filosofisnya loh.
Lomba panjat pinang memiliki sejarah yang menarik dan berakar dari masa penjajahan Belanda di Indonesia.
Kala itu, lomba ini dikenal dengan nama de Klimmast dan sering diadakan oleh para penjajah Belanda untuk merayakan acara-acara penting seperti pernikahan, kenaikan jabatan, atau pesta ulang tahun.
Pohon pinang yang tinggi dilumuri minyak atau lemak, dan di puncaknya digantungkan berbagai hadiah.
BACA JUGA:Persiapan Akhir Lomba Panjat Pinang 79 Batang untuk Memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-79
Selain di Indonesia, tradisi panjat pinang juga dikenal di negara lain seperti Tiongkok, di mana permainan ini populer di wilayah selatan seperti Fukien, Guangdong, dan Taiwan dengan nama Qiang Gu.
Setelah Indonesia merdeka, panjat pinang diadopsi oleh masyarakat Indonesia sebagai bagian dari perayaan kemerdekaan, dengan semangat kebersamaan dan kerja sama tim untuk mencapai puncak dan meraih hadiah.
Di Indonesia pula lomba ini digelar sebagai hiburan dalam acara-acara besar seperti pernikahan bangsawan.
Salah satu catatan sejarah menyebutkan bahwa lomba ini pernah diadakan pada pernikahan putri Raja Keraton Yogyakarta pada tahun 1920.
Pada masa penjajahan, lomba ini juga diadakan untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda, di mana orang-orang pribumi berlomba memperebutkan hadiah yang digantung di atas pohon pinang.
Lomba panjat pinang memiliki makna yang sangat dalam, terutama dalam konteks perjuangan dan kerja sama.
BACA JUGA:Sebagian Hadiah Sudah Tergantung, 18 Agustus Panjat Pinang Kemerdekaan di Lapangan Depan Wyndham
BACA JUGA:Hadiah Mulai Dinaikkan Bertahap, 18 Agustus Panjat Pinang 79 Batang Plus di Lapangan Depan Wyndham