Didesanya memang ada tim yang dibentuk mengikuti pelatihan menjinakkan gajah. Tapi menghadapi hewan liar itu harus dilengkapi pelindung misalnya baju safety, senter khusus, drone, karbit, HT dan lainnya sehingga kalau berjaga malam cepat koordinasinya. ‘’Mereka juga perlu mendapat gaji karena pekerjaan ini berisiko, sudah mengusulkan ke perusahaan tapi masih harus sabar menunggu,"jelasnya.Andi, warga Jalur 1 Simpang Heran mengatakan, kawanan gajah ini sangat menggangu warga. "Kami minta carikan solusi bagaimana agar gajah dapat kembali ke habitatnya. Semoga segera digiring ke hutan,"bebernya kemarin (27/2). Junaidi warga Kelurahan Air Sugihan menambahkan, warga takut ke kebun, sebab gajah dalam perjalanannya tak terdengar. BACA JUGA : Teror Ular Piton Mengancam, Warga Empat Lawang Takut ke Kebun BACA JUGA : Bayi Lahir 4 Kg Wajib Cek Gula Darah Camat Air Sugihan, Ardiles menjelaskan, sejak Minggu malam (26/2) hingga kemarin (27/2) dari BKSDA, tim kecamatan dan masyarakat turun ke lapangan untuk menggiring gerombolan gajah keluar kanal limbah, tapi belum bergeser. ‘’Di sana ada anak gajah yang baru lahir jadi segerombolan gajah protektif,’’ katanya.
Untuk itu solusinya akan didatangkan gajah pengikat memancing gerombolan gajah bisa keluar dari kanal limbah tersebut. ‘’Ini sudah terjadi tiap tahun dan tengah dicarikan solusinya karena gajah hewan dilindungi,"bebernya.Sebenarnya, ada tiga gerombolan gajah yang masuk desa. Tapi dua gerombolan gajah lainnya di pasang detector collar sehingga bisa terdeteksi keberadaanya di Sungai Batang. Sementara gerombolan satu ini belun terpasang detector collar. Perwakilan dari BKSDA Sumsel, Andre mengungkapkan, sudah mengetahui adanya segerombolan gajah yang masuk ke Dusun Belanti. ‘’Untuk seksi wilayah 3 sudah turun ke lapangan memantau,’’ ujarnya. (uni/)
Kategori :