JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID – Kondisi literasi siswa yang masih rendah mendorong Kemendikbudristek memasukkan sastra dalam kurikulum. Bentuknya berupa kokurikuler yang masuk dalam pembelajaran. Rencananya, program berjalan pada tahun ajaran baru sekitar pertengahan Juli-Agustus 2024.
Program ini berlaku untuk semua jenjang. Mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA sederajat.
Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengungkapkan, program ini merupakan turunan dari program Merdeka Belajar ke-15:
Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Tujuannya, membangun literasi baca sebagai fondasi sepanjang hayat. ”Jadi pada Kurikulum Merdeka ini memasukkan sastra ke pelajaran menjadi bagian utama yang mengarusutamakan pada pelajaran,” kata dia. Hal itu dia sampaikan dalam rangka peringatan Hari Buku Nasional (Harbuknas) di Perpustakaan Kemendikbudristek, Jakarta, kemarin (20/5).
Saat ini, setidaknya sudah 177 buku yang disiapkan untuk dapat dipakai sekolah untuk penerapan program Sastra masuk Kurikulum ini. Buku-buku tersebut terdiri dari berbagai macam genre, mulai dari novel, cerita pendek, kumpulan puisi, hingga non-fiksi. ”Sudah ada panduan yang dapat dipilih sekolah, sehingga tidak wajib semua buku mau diambil,” beber dia.
BACA JUGA:Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unsri Berikan Pengabdian pada Masyarakat OKI
BACA JUGA:KEREN NIH, Telkomsel Adakan IndonesiaNEXT Season 8 dengan Kurikulum Digital dan Penerapan ESG
Menurut anindito, ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan guru dalam pemilihan buku sastra. Misalnya kebutuhan kelas, kemampuan peserta didik, hingga topik yang sedang hangat dibicarakan. Kemendikbudristek menyediakan panduan penggunaan buku sastra yang direkomendasikan untuk tema-tema tersebut.
Praktiknya, secara garis besar, guru akan menyisipkan materi-materi yang berhubungan dengan sastra di mata pelajaran atau bab yang tengah diajarkan. Misalnya, guru sejarah bisa menggunakan karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bumi Manusia untuk bahan pemantik semangat siswa membaca. Termasuk, membangun pendidikan karakter pada mereka.
Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek Supriyatno menambahkan, program sastra masuk kurikulum ini juga jadi salah satu penghargaan terhadap karya sastra Indonesia. Melalui program, siswa diberi ruang yang lebih besar terhadap pemanfaatan karya sastra sehingga diharapkan bisa meningkatkan minat baca, menumbuhkan empati, dan mengasah kreativitas serta nalar kritis para siswa.
Penulis Eka Kurniawan, salah seorang kurator buku sastra masuk kurikulum, ditunjuk untuk mengkurator pemilihan buku sastra untuk pendidikan jenjang dasar hingga menengah. Ia mengatakan, proses kurasi buku-buku ini telah dilakukan selama satu tahun terakhir.
Dia mengakui, menyiapkan buku remaja untuk jenjang SMP jauh lebih sulit ketimbang buku sastra untuk SD atau tingkat dewasa. ”Dalam prosesnya, kita kumpulkan daftar bukunya, dibantu dengan guru-guru juga, berdasarkan tahun, genre, tema yang sesuai dengan masing-masing jenjang,” tukasnya. (*)