PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID- Aesan Gede Nan Cindo mengemuka sebagai simbol kemewahan dalam balutan busana tradisional Palembang.
Busana ini tidak hanya sekadar pakaian, melainkan juga menyimpan banyak unsur filosofi hidup dan keselarasan yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Sumatera Selatan.
Menurut kepercayaan masyarakat, Aesan Gede bukan sekadar pakaian biasa.
Ini merupakan warisan budaya dari masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang masih lestari hingga kini di Kota Palembang.
BACA JUGA:Ngeri! NordPass Ungkap Daftar Kata Sandi yang Bisa Dibobol Secepat Kilat, Kamu Termasuk?
BACA JUGA:Jambu Air Juga Cocok Menjadi Hidangan Berbuka Puasa, Loh! Apa Saja Manfaatnya?
Dalam tradisi Sriwijaya, yang dikenal sebagai swarnadwipa atau Pulau Mas, Aesan Gede menjadi bukti nyata akan keagungan dan kemegahan masa lampau.
Dahulu, pakaian ini hanya dipakai oleh para pembesar atau keluarga kerajaan di Palembang, menjadikannya sebuah simbol status sosial yang tinggi.
Bagi pria, Aesan Gede dilengkapi dengan beragam ornamen seperti kain songket, celana sutra, dodot, jubah, rompi, dan masih banyak lagi.
Ornamen-ornamen ini memberikan sentuhan kesakralan pada pakaian adat Palembang dan menambah keanggunan dalam penampilan.
Sedangkan bagi wanita, Aesan Gede juga memiliki ornamen yang khas seperti gelung malang, sumping, gandik, dan mahkota pak sangkong.
BACA JUGA:Inilah yang Membatalkan, Sunnah yang Dianjurkan, dan Hal-Hal Makruh dalam Berpuasa!
BACA JUGA:3 Masjid Bersejarah yang Ada di Kota Palembang, Cocok juga Jadi Tempat Ibadah Selama Puasa Ramadan
Pemilihan warna juga memiliki makna filosofis yang dalam, dengan dominasi warna merah yang melambangkan keberanian dan kejujuran.
Serta warna hitam yang mencerminkan dunia gaib yang diciptakan oleh Sang Pencipta.