PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Industri otomotif dinilai masih ada harapan mencapai target penjualan tahun 2024. Apalagi Indonesia kehadiran beberapa merek baru.
Merek baru yang sudah resmi meluncur di Indonesia, yaitu BYD asal China dan VinFast asal Vietnam.
“Pengaruhnya (dari kehadiran merek baru) ada pasti. Kemudian ada tawaran baru, konsumen akan memiliki lebih banyak pilihan lagi.
BACA JUGA:Deretan Atlet dan Tokoh Otomotif Sumsel Bersinar di IMI Award Sumsel 2023, Ini Daftarnya!
BACA JUGA:POJK 22 Tekan Industri Otomotif, Kenaikan Uang Muka Hingga Suku Bunga
Ini harapannya ada dua sisi, pilihannya banyak, tapi juga kemudian (dapat berdampak pada) peningkatan jumlah penjualan,” kata Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Kukuh Kumara.
Sementara, lanjut dia, banyak faktor yang membuat penjualan mobil menurun pada awal 2024. Tren penurunan penjualan kendaraan ini sudah dirasakan sejak September 2023.
“Banyak ya (faktornya), panjang. Jadi kalau kita lihat indikasinya kan berawal di bulan September. Di September kan turun, Oktober juga turun, padahal Agustus kan baru pameran GIIAS.Tapi ternyata September turun,” kata Kukuh.
BACA JUGA:Ramaikan Pameran Otomotif IIMS 2024, Keunggulan Ini yang Daihatsu Tunjukkan!
BACA JUGA:Mobil Mewah Menggebrak Pasar Otomotif Indonesia, Canggih dan Menggebrak!
Salah satunya kredit kendaraan diperketat. Padahal, mayoritas pembeli mobil di Indonesia memilih skema kredit. Sekitar 80 persen orang beli mobil kan pakai kredit.
Begitu (kredit) diketatkan kemudian orang ngerem pembelian kendaraan bermotor.
“Ditambah lagi ada pengetatan dan indikasi, kalau nggak salah info dari perbankan bahwa NPL (non-performing loan, kredit bermasalah) juga ada kecenderungan naik, begitu NPL naik kan semakin diperketat.
Semakin diperketat semakin sedikit orang beli mobil. Efek berantai,” kata Kukuh.
Serta pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan. “Kondisi ekonomi kita sedikit turun walaupun masih di kisaran lima persen,” kata Kukuh. (fad)