*Menapaki Jejak Peninggalan Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang (2) Perang 5 Hari 5 Malam pada 1 Januari 1947 lalu meninggalkan banyak kenangan, Kisa heroi perjuangan pemuda dan laskar yang tergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) itu bisa dilihat di Museum Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) yang berada di Jl Merdeka Kelurahan 19 Ilir Kecamatan Bukit Kecil tersebut. ------------------------------- PERANG 5 Hari 5 Malam hampir terjadi di setiap sudut Kota Palembang. Saat itu, ribuan rakyat berbaur dengan prajurit dari TKR. Mereka berjurang mempertahankan sudut negeri ini agar dijajah lagi oleh kolonialisme Belanda. Salah satu bentuk peringatan terhadap perjuangan itu. Dibuatlah Monpera di Jalan Merdeka. Monpera pertama kali dibangun atas inisiasi dari para sesepuh pejuang Kemerdekaan RI di wilayah Sumsel yang tergabung dalam LVRI. Tepat tanggal 2 Agustus 1970, inisiatif ini disampaikan dalam rapat LVRI dan hingga akhirnya tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 dilakukannya peletakan batu pertama pendirian Monpera tadi. Baca juga : Khofifah Minta Warga Jatim di Sumsel Ikut Jaga Zero Konflik Pembangunan Monpera ini sendiri dilaksanakan sejak 1980-1988 dengan sumber anggaran dari Pemprov Sumsel tersebut. Untuk berbentuk melati kelopak lima melambangkan kesucian dan ketulusan pahlawan saat berjuang tersebut serta lima wilayah yang ada di saat itu. Yakni pertama Karesidenan Palembang, Lampung, Bengkulu, Babel Jambi dan Bengkulu. Adapun tanggal proklamasi sendiri ini untuk tanggal 17 dilambangkan pada tinggi monumen mencapai 17 meter. Bulan Agustus dilambangkan dengan jalur tampak yang terdapat delapan lantai dan bidang berjumlah 45 yang ada di museum menunjukkan tahun kemerdekaan RI. Baca juga : Prabowo Kumpulkan Kiai Jatim Pada saat pertama memasuki areal Monpera, pengunjung juga akan disambut dengan artefak berbentuk gading gajah dan Meriam yang ada di sisi depan bangunan. Sisi bangunan sendiri terdapat dua relief yang menggambarkan situasi Sumsel sebelum dan sesudah kemerdekaan. Sedangkan di bagian dalam Monpera, terdapat berbagai koleksi sejarah yang terkait dengan Perang Lima Hari Lima Malam yang mencapai 368 koleksi ini. Dari jumlah tersebut, terdapat 178 foto dokumentasi, pakaian dinas pahlawan dan juga senjata yang digunakan pada saat pertempuran terjadi. Mulai pistol, Juli kanju, Fiat, Teki, Danto, meriam Sunan, meriam Kecepek, Dten MK IV, double top, pedang Sabil, ranjau darat. Tidak itu juga di Monpera ini terdapat juga 568 koleksi buku. Baik tentang perjuangan maupun buku umum. Baca juga : Salurkan FLPP Untuk 220 Ribu Rumah MBR Selain itu, di dalam Museum Monpera juga menyimpan patung berukuran setengah badan para pahlawan. Yakni dr AK Gani, drg M Isa, H Abdul Rozak, Bambang Utoyo, Hasan Kasim, Harun Sohar dan H Barlian. Tidak hanya itu, museum juga terdapat koleksi mata uang VOC, Hindia-Belanda dan Jepang tersebut. Baca Juga : Gelar Job Fair, Khusus Warga Banyuasin Kendati demikian, untuk menambah keindahan dan rasa penasaran warga yang datang berkunjung ke Monpera tersebut, saat ini sudah ditambahkan fasilitas baru. Baik itu perpustakaan, taman bermain anak dan atraksi air mancur di hari-hari tertentu. Tidak itu saja, menjamin keamanan pengunjung dimaksud, puluhan petugas dari Satpol PP dikerahkan untuk mengamankan area Museum Monpera termasuk juga koleksi sejarah yang ada di dalamnya tersebut.
" Bayangan pertama yang terlihat saat berkunjung ke Monpera yakni Burung Garuda yang berdiri kokoh di tengah dari bangun melati berkelopak lima yang ada tulisan di bawahnya. Meski demikian, hal ini tidak membuat kita bosan untuk berkunjung.," urai Zulkifli, salah satu pengunjung Monpera dibincangi koran ini, kemarin.Dimana katanya, selama ini perang Lima Hari Lima Malam tersebut hanya terdapat di banyak buku perjuangan semata, namun tidak bisa merasakan atmosfer dari situasi sebenarnya saat perang tersebut berkecamuk yang kala itu menelan ribuan jiwa melayang dari pahlawan, rakyat hingga penjajah dari Belanda tersebut. Yang juga jauh lebih penting lagi, ini untuk mengajarkan nilai dan sikap nasionalisme kalangan generasi muda sekarang ini.
" Setidaknya, kita bisa belajar tentang semangat nasionalisme yang dimiliki para pejuang dan bangsa tersebut kala pertempuran berkecamuk. Mereka tadi dengan gagah berani angkat senjata melawan penjajahan dan imperialisme bangsa asing yang ingin menduduki lagi Indonesia yang sudah merdeka. Ini jadi bukti, kemerdekaan ini haruslah dipertahankan dengan segenap jiwa dan raga. Saat sendiri, biasanya setiap liburan sekolah mengajak anak-anak ini untuk dapat berkunjung ke Museum tersebut. Selain menambah ilmu, kita juga dapat menanamkan jiwa patriotik ke anak-anak kita," terangnya.Namun demikian, dia menyayangkan monumen Perang Lima Hari Lima Malam yang berada persis di bawah Stasiun LRT tersebut yang terkesan itu terbengkalai dan tergerus pengerjaan proyek LRT. Padahal monumen sendiri memiliki nilai sejarah bagi bangsa ini sekarang dan masa mendatang. " Kita harap, hal ini juga diperhatikan serta harus ada orang ataupun lembaga dari pemerintah untuk menjaga sekaligus mengamankan keberadaan monumen tersebut," pungkasnya. (afi)
Kategori :