Namanya Monstera adansonii, Kenapa Disebut Janda Bolong ? Ternyata Begini Asal Usulnya

Sabtu 03 Feb 2024 - 18:21 WIB
Reporter : Andika
Editor : Rian Sumeks

SUMATERAEKSPRES.ID - Tanaman hias yang tengah merajai tren di kalangan pecinta tanaman, khususnya selama pandemi Covid-19, adalah Monstera adansonii yang populer dengan sebutan Janda Bolong.

Keunikan nama ini menimbulkan rasa ingin tahu banyak orang, namun, apakah Anda pernah bertanya-tanya mengapa tanaman ini dinamakan demikian?

Monstera adansonii, salah satu anggota suku Araceae atau talas-talasan dari marga Monstera, tidak hanya mencuri perhatian karena keindahan daunnya yang bolong-bolong, tetapi juga karena harganya yang fantastis di pasaran.

Sebuah batang tanaman Janda Bolong bisa dihargai mulai dari Rp95 juta hingga Rp100 juta, menjadikannya tanaman hias yang sangat dicari.

BACA JUGA:13 Jenis Tanaman Hidroponik Cepat Panen, Berikut Cara Menanamnya

BACA JUGA:Kenali Hama Tanaman Alpukat, Cara Mengantisipasinya Bisa Menggunakan Minyak

Meski demikian, tidak semua Monstera adansonii memiliki harga yang tinggi. Jenis ini sebenarnya merupakan varietas lokal yang lebih terjangkau, dengan ciri khas daun berwarna hijau.

Tanaman ini juga dikenal dengan sebutan "tanaman keju Swiss."

Janda Bolong bukan hanya sekadar tanaman hias biasa; ini adalah bagian dari genus Monstera yang memiliki sekitar 41 spesies.

Semua spesies ini berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, menjelaskan mengapa tanaman ini telah menyebar luas di berbagai belahan dunia beriklim tropis.

BACA JUGA:Harus Tahu, Penyakit dan Solusi Pada Tanaman Kencur di Rumah Anda!

BACA JUGA:Ikuti Sosialisasi KUR, Terima 100 Tanaman

Asal-usul nama "Janda Bolong" ternyata berasal dari bahasa Jawa, yaitu "ron phodo bolong," yang artinya daun berlubang.

Secara singkat, istilah ini sering diucapkan menjadi "ron dho bolong," yang terdengar mirip dengan kata "rondo" dalam bahasa Jawa yang berarti "janda."

Meskipun mungkin terdengar kurang menggembirakan, nama ini justru menambah daya tarik tanaman ini di kalangan pecinta tanaman hias.

Charles Plumier, seorang ahli botani Prancis, pertama kali mendeskripsikan Monstera pada awal abad ke-20.

Tanaman ini dikenal sebagai tumbuhan semi-epifit, yang berarti akarnya tetap di tanah namun dapat merambat dan menempel pada tanaman lain dengan intensitas cahaya rendah.

Meskipun Monstera adansonii bisa berbunga sepanjang tahun di lingkungan dengan kelembapan tinggi, namun biasanya baru akan berbunga setelah tiga tahun.

Tumbuh subur di daerah berkelembapan tinggi, Monstera dapat mencapai ketinggian hingga 20 meter di habitat aslinya.

Saat ini, tanaman ini dapat dengan mudah ditemui di berbagai negara tropis seperti Indonesia, Hawaii, Seychelles, Pulau Ascension, dan Kepulauan Society.

Salah satu keunikan tanaman ini adalah adanya 'otot' yang disebut geniculum di antara persimpangan helai dan tangkai daun.

Geniculum ini memungkinkan tanaman untuk mengarahkan daunnya ke arah matahari, sebuah mekanisme yang sangat berguna saat melakukan pemangkasan atau memasang kembali tanaman Monstera.

Dengan keindahan dan keunikan nama yang memikat, Janda Bolong terus memikat hati pecinta tanaman hias di seluruh dunia, menjadi simbol keindahan alam yang eksotis di tengah-tengah kehidupan sehari-hari.

Kategori :