JAKARTA - Pemerintah terus menggenjot program hilirisasi tambang sebagai upaya mendukung program transisi energi untuk menuju target emisi nol bersih. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang tambang pun didorong untuk menyiapkan program hilirisasi. Namun, Kementerian ESDM mencatat baru belasan perusahaan yang berkomitmen dan sudah menyiapkan proyek hilirisasi batu bara mereka hingga 2030.
Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batu Bara Indonesia (Aspebindo) Anggawira menyatakan, masih tingginya harga komoditas dan minimnya pembiayaan menjadi tantangan hilirisasi batu bara di Indonesia. “Mengenai hilirisasi dari strategi pengelolaan batu bara, ada banyak cara. Kita bisa gasifikasi, DME, dan sebagainya. Tapi, PR-nya, investasinya besar,” ujarnya.Di sisi lain, skema pembiayaan masih terbatas. “Faktanya seperti ini. Ada potensi bisnis baru, tapi kalau nggak ada dukungan dari pembiayaan kan sulit, kecuali memang ada dukungan dari pemerintah,” tambahnya. Pengamat energi Amrul Hakim menilai Indonesia tidak memiliki industri manufaktur untuk mengonstruksi fasilitas pengolahan dan pemurnian hilirisasi batu bara. “Saya kira ini tantangan yang paling berat,” ucapnya. Sebagai informasi, Kementerian ESDM memproyeksikan Indonesia memiliki sumber daya batu bara 91,6 miliar ton dengan cadangan 31,7 miliar ton. (jp/fad)
Kategori :