Di sekitar pulau Hong Kong memang ada 200-an pulau. Semua masuk wilayah Hongkong. Pulau-pulau itu termasuk yang pernah disewakan ke Inggris selama 100 tahun –dikembalikan ke Tiongkok tahun 1997.
Salah satu pulau yang besar kini dipakai untuk memindah bandara: Pulau Lantau. Lantau dua kali lebih besar dari pulau Hong Kong. Terbesar di antara 200 pulau di sana.
Lantau dulunya nyaris tanpa penghuni. Tahun 1988 dibangun bandara internasional baru di Lantau. Menggantikan bandara lama yang di Kowloon.
Kini Lantau berpenduduk 100.000 orang. Hampir semua di sekitar bandara. Separo dari mereka hidup di apartemen setinggi 50 tingkat yang dibangun berjajar seperti mainan saja.
BACA JUGA:Devis Tresi
Disneyland Hong Kong juga dibangun di Lantau (2005). Maka Lantau jadi pulau masa depan bagi Hong Kong.
Di sini ada Puncak Lantau yang kalau tingginya bisa ditambah 66 meter lagi saja sudah akan bisa disebut gunung. Sayang tingginya hanya 934 meter sehingga belum bisa disebut gunung.
Di hari Natal itu sebenarnya sahabat Disway yang lain yang akan mengantar saya ke kebaktian. Kebetulan dia Kristen. Namanya Victoria.
Di Indonesia Vic pernah jadi asisten pengajar matematika Kumon. Dia pilih bekerja di Hong Kong. Hari itu Vic gagal mengantar saya karena tidak diizinkan majikan.
BACA JUGA:Trik SGIE
Dia memang baru tiba dari liburan ke tanah air. Jadi banyak pekerjaan di rumah majikan. Yang seperti itu juga dialami Jujuk.
"Setiap pulang dari Indonesia saya lihat rumah majikan saya seperti kapal pecah," gurau Jujuk. Padahal hanya ditinggal tiga minggu.
Jujuk tidak pernah dapat izin pulang lebih tiga minggu. Mungkin takut kapalnya karam. "Rumah baru rapi lagi setelah dua minggu kemudian," kata Jujuk.
"Apakah tidak pernah mengancam untuk berhenti kalau tidak diizinkan lebih tiga minggu?" tanya saya.
"Tidak pernah," kata Jujuk.
BACA JUGA:Lempar Handuk
"Kenapa?" “Saya kasihan dengan anaknya yang nomor dua. Kalau lama saya tinggal dia sakit," ujar Jujuk.
Yang seperti itu banyak.