SUMATERAEKSPRES.ID - TEPAT tanggal 28 Desember 2023, masuk dua tahun kepengurusan Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Provinsi Sumsel periode 2021 - 2025, yang diketuai Drs KH Mudrik Qori, MA. Itu artinya sudah separo jalan masa kerja kepengurusan LPTQ Sumsel, yang akan berakhir 28 Desember 2025 mendatang.
LPTQ periode 2021 - 2025 yang diketuai KH Mudrik Qori, memikul "beban" berat, karena harus mengembalikan marwah dan pamor Sumsel di ajang MTQ dan STQH, yang 16 tahun terbenam tanpa prestasi.
Di ajang MTQ Nasional, terakhir kali Sumsel masuk 10 besar yakni pada MTQ di Provinsi NTB tahun 2006. Sedangkan di ajang STQH sedikit lebih baik, yakni pada STQH di Pontianak Kalbar tahun 2019, Sumsel masih mampu masuk 8 besar. Namun pada STQH di Maluku Utara tahun 2021 kembali terpuruk.
Berbekal dengan semangat baru, dan sebagian pengurus wajah baru, KH Mudrik Qori bergerak cepat. Langkah pertama yang dilakukannya melakukan koordinasi dengan menggelar Rakerda I dan Pelatihan Dewan Hakim. Melalui dua moment ini, program kerja disepakati, regulasi dan rekomendasi disahkan. Termasuk memperbaharui sistem penilaian lomba secara digitalisasi, dengan sistem life score dan interval nilai. "Guru" dari LPTQ Jatim diminta berbagi ilmu dan pengalaman tentang sistem life score ini.
BACA JUGA:20 Santri OKU Timur Ikuti MTQ Nasional
Sekretaris LPTQ Sumsel, KH Agus Jaya, Lc, MHum diminta untuk memperdalam masalah ini, dibantu Tim IT LPTQ. Sistem penilaian secara life score dinilai urgen, untuk mencegah subjektifitas dalam pemberian nilai oleh Dewan Hakim MTQ/STQH.
Sistem life score ini sukses diterapkan saat MTQ Provinsi Sumsel bulan Mei 2022. Sejumlah pengurus LPTQ Nasional memuji kemampuan Sumsel dalam menerapkan sistem life score tersebut, kendati masih ada sedikit kekurangan.
MTQ tahun 2022 yang sejatinya digelar di Kota Pagaralam sebagai tuan rumah, namun dengan berbagai alasan Pemkot di kaki Gunung Dempo itu, menyatakan tidak menyanggupi. Lalu pelaksanaan MTQ 2022 diambil alih oleh LPTQ Sumsel.
Memanfaatkan momentum ini, LPTQ Sumsel menjadikan hal tersebut sebagai kesempatan untuk menggelar MTQ tingkat provinsi yang spektakuler.
BACA JUGA:Wako di Terminal, Ketua DPRD Alun-Alun dan Sekda di MTQ
BACA JUGA:Lepas Sabiq Ikut MTQ ke Yordania, Gubernur Beri Hadiah Ini
Upacara pembukaan (opening ceremony) MTQ Sumsel pun digelar secara spektakuler di halaman muka Griya Agung Palembang. Konsep opening diselaraskan dengan nuansa dunia melayu dunia islam, permainan lampu yang menarik, parade kafilah yang diiringi seni Sarofal Anam, kembang api yang indah, pagelaran busana, serta penampilan lagu-lagu melayu islami oleh penyanyi kawakan.
Hebatnya di awal acara dilaksanakan mengaji massal oleh 999 qori/qoriah, baik di atas panggung maupun di tenda. Qori nasional dan internasional asal Sumsel, H Abdur Rouf tampil memimpin dengan mengumandangkan QS Al-Alaq, surah pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sedang KH Mudrik Qori bertindak sebagai dirijen. Suasana sangat syahdu karena sejumlah qori/qoriah tampil mengaji secara medley. Mengaji dengan cara seperti ini kemudian dianugerahi penghargaan oleh Museum Record Indonesia (MURI).
Opening ceremony yang gemerlap tersebut, ada juga kabupaten/kota yang mencontohnya, seperti terlihat saat Opening STQH di Muratara, Lubuklinggau dan OKI, kendati tidak semegah acara di tingkat provinsi.