Pun Jakarta. Belum punya gedung konser yang besar. Istora Senayan ini sangat tidak memenuhi syarat. Akustiknya jelek sekali.
Padahal malam itu God Bless diiringi orkestra Tohpati. Betapa sangat mengagumkan bila digelar di gedung konser yang bener.
Memang sudah ada gedung pertunjukan dengan akustik nyaris sempurna. Milik swasta: Ciputra. Di Casablanka. Tapi kapasitasnya hanya 1.000 orang.
Ada yang lebih besar. Di Kemayoran. Tapi itu gereja. Atau ada yang sedikit lebih besar di Sentul. Pun kurang besar untuk ukuran konser masal yang serius.
Kesenian-kebudayaan memang dikalahkan oleh politik dan olahraga. Maka sosok Ahmad Albar terasa lebih besar dari Istora.
God Bless sendiri seperti lahir dari gedung kesenian: Taman Ismail Marzuki. Penampilan pertamanya dilakukan di pusat kesenian di Jalan Cikini Raya Jakarta itu. Tanggal 5 Mei 1973.
Saat Albar sudah berumur 27 tahun. Siapa pun sepakat bahwa penampilan di TIM itu sangat sukses. Fenomenal. Nama Albar melambung. Melejit. Meroket.
Saat itu Albar memang punya rasa percaya diri yang besar. Tidak dimiliki pemusik lain di dalam negeri. Ahmad Albar merasa ''lulusan'' Belanda.
Ia memang belum lama pulang dari Belanda. Ia lama di Belanda. Lebih lima tahun. Waktu lulus SMA, Jakarta lagi kisruh: ada G30S/PKI. Albar ke Belanda. Ada pamannya di sana. Albar tidak sekolah di sana.
Ia kenal anak-anak yang suka musik di sana. Ia belajar gitar di sana. Ia diajak menyanyi di pub-pub di sana.
Pulang ke Indonesia ia merasa lebih pede. Lalu ia ajak gitaris di sana untuk pulang ke Indonesia: Ludwig Lemans. Keturunan Indonesia.
Ludwiglah yang jadi gitaris saat mereka tampil di TIM. Ian Antono, gitaris legendaris Indonesia belum gabung ke God Bless saat itu.
Melihat konser God Bless kemarin malam saya mengingat-ingat: sudah adakah buku yang terbit tentang Ahmad Albar. Seingat saya belum ada. Mengapa.
Saya pun menghubungi Buddy ACe. Ia nonton di deretan depan saya. Ia kakak Abdi Negara, vokalis Slank. Ia menjadi moderator saat diskusi tentang God Bless di ulang tahun yang ke 40.
''Sebenarnya sudah ada yang menulis buku tentang God Bless. Sudah sejak sembilan tahun lalu,'' ujar Buddy. ''Tapi Ahmad Albar belum setuju,'' tambahnya.
Buddy mengatakan sudah membaca draf buku tersebut. Isinya banyak yang belum diketahui orang. ''Semacam untold story Ahmad Albar,'' kata Buddy.