Seminar Nasional “Ketahanan Pangan Lokal dan Gizi untuk Pencegahan Stunting” Sukses
Rangkaian Seminar Nasional bersama Kepala Desa Musi Banyuasin bertajuk “Ketahanan Pangan Lokal dan Gizi untuk Pencegahan Stunting” berakhir. Pada hari kedua (29/10) di Hotel The Zuri Palembang, semua kades dan perangkat desa mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan dari enam narasumber.
Keenam Dirjen Pembangunan Desa dan Perdesaan Kemendes PDT, Sugito SSos MH, Staf Ahli Bidang Sosbud Kodam II/Sriwijaya, Kolonel Inf Usik Samwa Parana, dan AKP Ady Akhyar dari Polda Sumsel.
Lalu, Konsultan Kemendagri, Imam Almutakin, Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Badan Pangan Nasional (BPN), Rina Syawal, serta Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana Ahli Madya BKKBN Sumsel, Evi Silviani SKom MM.
Dirjen Pembangunan Desa dan Perdesaan Kemendes PDT, Sugito SSos MH menilai stunting sudah menjadi permasalahan nasional dan harus ditangani bersama. Tahun 2024 Pemerintah menargetkan angka stunting bisa ditekan menjadi 14 persen.
Berdasarkan data, angka stunting Kabupaten Muba turun menjadi 17,07 persen. "Ini prestasi luar biasa, sebab angka stunting tahun sebelumnya 23 persen. Muba juga berhasil melampaui target nasional 21 Persen," jelasnya. Hal ini tentu berdampak pada desa-desa di Muba yang ke depan akan terus naik grade jika terus memgalami peningkatan ketahanan pangan dan penurunan stunting.
Ia membeberkan jumlah desa mandiri di Kabupaten Muba tahun 2022 ada 13 desa menjadi 53 desa di 2023. Desa maju 89 desa, bertambah menjadi 111 desa di 2023. Desa berkembang dari 115 menjadi 64 desa di 2023, berkurang karena peningkatan menjadi desa mandiri dan maju. "Hanya satu desa yang masih tertinggal dan itu merupakan desa pemekaran," pungkasnya.
Staf Ahli Bidang Sosbud Kodam II/Sriwijaya, Kolonel Inf Usik Samwa Parana menyampaikan pemanfaatan lahan bisa menjadi sumber ketahanan pangan. Pangan disini sumber bahan pokok, seperti beras padi, jagung, kedelai, dan lainnya. “Lahan kosong yang dimanfaatkan itu di antaranya lahan tidak produktif dikelola menjadi produktif,” tegasnya.
Sedangkan AKP Ady Akhyar membeberkan proses hukum penanganan kasus karhutla di Sumsel. “Tidak hanya yang tersangkanya warga biasa, tapi korporasi juga kami sidik,” tegasnya.
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Badan Pangan Nasional, Rina Syawal menyampaikan ada empat hal yang mempengaruhi stunting, yakni air bersih dan sanitasi, pelayanan kesehatan, pola asuh dan pola makan.
Menurutnya masyarakat Indonesia kebanyakan mengonsumsi karbohidrat karena ada stigma tidak makan kalau tidak makan nasi. Padahal sumber karbohidrat beragam seperti jagung, umbi-umbian, sagu, dan lainnya. "Masyarakat bisa mengganti karhobidrat dengan pangan lokal yang ada dan Muba punya banyak penggantinya," ulas dia.
Evi Silviani SKom MM, Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana Ahli Madya BKKBN Sumsel pihaknya menjadi ketua pelaksana program percepatan penurunan stunting. Targetnya angka stunting turun hingga 14 persen di 2024. “Beberapa upaya menurunkan prevalensi stunting, seperti meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi,” tegasnya.
Sasaran yang ingin dicapai dari upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia, meliputi persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) mendapatkan tambahan asupan gizi, persentase ibu hamil mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan. Persentase remaja putri mengonsumsi TTD. Lainnya persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif. Persentase anak usia 6-23 bulan mendapat makanan pendamping ASI, dan lainnya.
Konsultan Kemendagri, Imam Almutakin mengatakan stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis dan penyakit berulang. Ditandai panjang atau tinggi bawah standar dari Dinas Kesehatan. Pengertian ini secara visual saja atau kasat mata. Jadi bukan berarti ketika ia pendek langsung divonis stunting. "Stunting harus dari status gizi dan kesehatan," katanya.
Berdasarkan data, di Muba ada 435 anak terindikasi stunting artinya Pemda dan desa bisa mengontrol dan mengentaskan program anak. “Harus diketahui stunting tak hanya terjadi karena faktor ekonomi melainkan faktor ketidakpedulian orang tua. Banyak juga anak risiko stunting terjadi pada anak yang orang tuanya mampu ini karena orang tua sibuk bekerja,” pungkasnya.