Ide pembaca kemarin baik sekali: buka kolom ''like''. Saya tidak harus membaca semua komentar. Tidak harus memilih. Tapi saya tidak mau seperti itu. Saya ingin membaca sendiri semua komentar. Saya sering terhibur. Juga sering tersinggung. Campur aduk. Semua itu bagus untuk latihan mengendalikan emosi. Juga baik untuk latihan tahu diri.
Saya setuju dengan komentar pekan lalu: jumlah komentar yang jenaka menurun. Saya semakin jarang tertawa sendirian.
Tentu manusia memerlukan sisi-sisi hiburan. Pun kalau manusia itu bernama Gibran. Maka saya juga sering memilih komentar aneh sebagai komentar pilihan. Saya tahu ada yang protes. Tapi hidup tidak boleh selalu dalam tegangan tinggi. Bisa meledak.
Rasanya rubrik baru tidak usah dipaksa hidup. Kita kubur saja. Pemakamannya bisa dilakukan di pertemuan perusuh tanggal 15 atau 16 Desember.
Biarlah tulisan bagus dari bung-bung Liang, Liam Then, Zuve Zhang, Jimy Marta, Soedjoko Sp, Handoko, Thamrin Dahlan, Udi Salemo dan banyak lainnya tetap bercampur di komentar. Bisa jadi rujak cingur: ada pedasnya, manisnya, asinnya, dan ada nikmatnya.
Tulisan Liang misalnya: bagi saya sangat penting. Bisa menutupi kelemahan saya: lemah di bidang musik. Saya tidak mengerti musik sama sekali. Kasihan pembaca Disway yang kangen musik. Untung ada bung Liang. Bung Liang begitu kaya literatur.
Maka saya bukan lagi hanya penulis Disway. Saya juga pembaca Disway. (*)