SUMATERAEKSPRES.ID - Butuh waktu tidak sebentar bagi Prof Dr Febrian SH MS untuk mencapai puncak karir akademiknya sebagai guru besar FH Unsri. “Saya selesai Doktor tahun 2004. Jadi kurang lebih hampir 20 tahun. Ini penantian yang sangat lama sekali,” ucapnya.
Dalam waktu selama itu, harus diakui ada banyak kegiatan yang menyibukkannya. Hal itu sedikit banyak mempengaruhi konsentrasinya untuk menjadi seorang professor. “Teman-teman tahu persis lah,” tambah Prof Febrian.
Ia menceritakan, dulu sedikit sekali orang yang ahli dalam peraturan perundangan seperti dirinya. “Ada almarhum Prof A Atamimi. Juga ada Maria Farida yang menjadi hakim MK. Dulu tidak begitu banyak. Tapi sekarang lumayan banyak,” katanya.
Selama mengurus berbagai persyaratan/administrasi dan juga menyusun orasi ilmiahnya ini, Prof Febrian merasa sama sekali tidak ada cerita duka. Semuanya cerita suka. “Orasi ilmiah saya itukan refleksi. Artinya memang paham persoalan. Bahasa umumnya, ini merupakan passion kita sehari-hari. Jadi kalau ditanya undang-undang nomor berapa yah kita hapal,” tuturnya.
Praktis, tidak ada kesulitan dalam menyelesaikan materi orasi ilmiah itu. “Sejak pembuatan hingga jelang pencetakan, yang sulit adalah membuat ucapan terima kasih,” selorohnya.
Prof Febrian beruntung, keluarganya memberikan dukungan penuh. Tak hanya istri dan empat anaknya. Tapi juga saudara-saudaranya. Dan perjalanan untuk menjadi seorang Doktor saha, tidak lepas dari bantuan saudaranya.
“Dulu sulit, bea siswa sedikit. Alhamdulillah saudara dari Medan yang membantu,” ceritanya. Prof Febrian selalu ingat dan pegang prinsip, dibalik kesulitan selalu ada jalan keluar. “Di Indonesia tidak ada jalan buntu, selalu ada solusi,” tukas dia.(iol)