SUMATERAEKSPRES.ID - The School For Good and Evil adalah adaptasi dari seri buku dewasa muda karya Soman Chainani dan Paul Feig sebagai sutradaranya. Film ini penuh dengan kontradiksi, menghadapi klise-klise yang sudah umum, namun tetap memiliki pesona dan kecerdasan yang membuat kamu tidak dapat berhenti menonton.
Cerita berpusat pada dua sahabat, Sophie (Sophia Anne Caruso) dan Agatha (Sofia Wylie), yang merupakan remaja buangan dari kota kuno bergaya Arthurian bernama Gavaldon. Sophie bermimpi menjadi seorang putri yang glamor, sementara Agatha tampaknya cocok sebagai karakter dari cerita Sabrina si penyihir remaja.
Namun, ketika Sophie ingin melarikan diri dari kehidupan sehari-hari yang membosankan, mereka berdua dipindahkan ke sekolah pahlawan dan penjahat yang ada dalam buku cerita.
Masalahnya adalah mereka berada di rumah yang berlawanan dengan impian mereka, Sophie, meskipun bermimpi menjadi seorang putri, harus berada di aula gelap para pelaku kejahatan, sedangkan Agatha, dengan ketertarikannya pada pakaian hitam dan nama sihirnya, harus berada di aula merah muda yang cerah bagi para putri.
BACA JUGA : Film Oppenheimer: Raih Sukses Sejarah di Box Office, Dominasi Film Perang Terlaris dan Kalahkan Saving Private Ryan
Sophie berusaha keras membuktikan bahwa takdirnya adalah menjadi seorang putri, tetapi dalam prosesnya, dia tergoda oleh kejahatan yang lebih besar. Di sisi lain, Agatha yang menyadari plot aneh yang sedang terjadi, berusaha menyelamatkan Sophie dan membawanya pulang.
Ada banyak pesan menarik yang dapat ditemukan dalam film ini. Mulai dari kostum yang memukau, karakter yang kaya akan kisah, hingga pelajaran hidup, terutama oleh generasi muda. Berikut beberapa pelajaran berharga yang bisa kita pelajari dari film "The School of Good and Evil."