PALEMBANG , SUMATERAEKSPRES.ID- Delapan lembaga pemerintahan, bisnis, dan sosial siap membantu pelaksanaan program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri di empat provinsi di Sumatera Bagian Selatan. Yakni Lampung, Bengkulu, Sumatra Selatan, dan Bangka – Belitung.
"Kesiapan itu terungkap dalam acara dialog multi pihak (multistakeholder dialogue – MSD) Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerjasama dengan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II Sumatera Bagian Selatan,"ujar kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) wilayah II, Prof. Dr. Iskhaq Iskandar, MSc.
Katanya, delapan lembaga yang menyatakan komitmennya adalah BRI, PGN, Orbit Future, OKI Pulp and Paper Mills, Toyota 2000, dan South Sumatera American Alumni (SS-AAC), SMA dan SMK Xaverius Palembang.
Lanjut Dia, acara MSD merupakan kelanjutan dari sosialisasi dan bimbingan teknis (bimtek) MBKM Mandiri yang dilaksanakan dua hari sebelumnya. Acara Sosialisasi, Bimtek dan MSD ini diselenggarakan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi APRIN Palembang.
"Sosialisasi dan Bimtek MBKM Mandiri diselenggarakan agar Perguruan Tinggi dan para pihak yang terkait mampu untuk melaksanakan MBKM Mandiri di kampusnya masing-masing, bekerja sama dengan para mitra yang siap,"ungkapnya.
Dijelaskan, MBKM Mandiri diselenggarakan untuk memenuhi hak mahasiswa untuk belajar maksimal dua semester di luar program studinya. "MSD diselenggarakan untuk mempertemukan para pihak, yakni perguruan tinggi, pemerintah, sektor bisnis, dan organisasi kemasyarakatan, agar mereka duduk bersama mendiskusikan apa yang bisa dilakukan bersama untuk menyelesaikan persoalan di lingkungan mereka,"lanjutnya.
Lebih jauh Iskhaq mengatakan, salah satu tantangan pelaksanaan MBKM adalah kurikulum perguruan tinggi yang “terlalu gemuk” dan dianggap sakral. "Kurikulum itu terbentuk dari warisan lama yang terus ditambahkan dengan hal yang baru. Karena itu pada tahap pertama perguruan tinggi harus berani melakukan relaksasi kurikulum,"ucapnya.
Semetara, Wakil Kepala Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Amir Mahmud Saatari, mengatakan bahwa kemitraan sangat penting untuk mengkaselerasi MBKM Mandiri. “Pepatah mengatakan, kalau mau berjalan cepat berjalanlah sendiri. Tapi kalau mau berjalan jauh, berjalanlah bersama.” Karena itu dia mengharapkan agar kemitraan perguruan tinggi dengan mitra terus diintensifkan,"ucapnya.
Sementara itu persoalan-persoalan yang diidentifikasi bersama dalam MSD oleh perguruan tinggi dan para mitranya umumnya adalah masalah kemiskinan, kualitas sumberdaya manusia (SDM), potensi wisata yang tidak terkelola, persoalan sampah, dan kualitas udara yang buruk.
"Dari sejumlah persoalan itu, beberapa kelompok diskusi sepakat untuk menjalankan MBKM dalam bentuk kegiatan pembelajaran seperti Magang, KKN Tematik, dan Proyek Membangun Desa,"sambungnya
Sebagai latar belakang, acara Bimtek dan MSD di Palembang adalah bagian dari program nasional akselerasi MBKM Mandiri, yang diselenggarakan oleh Direktorat Belmawa bekerja sama dengan tim Kampus Merdeka Mandiri (KMM).
Kegiatan ini akan diselenggarakan di 16 wilayah LLDikti di seluruh Indonesia. Sejauh ini kegiatan ini sudah berjalan di Aceh, Ambon, Banjarmasin, Kupang, Semarang dan Jayapura.
Manajer KMM Heru Wijayanto Aripradono mengatakan bahwa karena perbedaan kebutuhan di masing-masing wilayah LLDikti, maka di sejumlah wilayah diadakan sosialisasi dan bimbingan teknis, sementara di sejumlah wilayah lain diselenggarakan Bimtek dan MSD. “Perbedaan kebutuhan itu bisa terjadi di tingkat LLDikti, perguruan tinggi, atau keduanya,” tutur Heru.
Sosialisasi adalah pengenalan umum mengenai MBKM, khususnya MBKM Mandiri. Dengan mengikuti acara sosialisasi, diharapkan para peserta memahami filosofi, dasar hukum, dan perlunya MBKM Mandiri.
Bimtek ditujukan kepada kalangan perguruan tinggi yang sudah memahami seluk beluk MBKM tetapi masih membutuhkan bimbingan teknis pelaksanaannya. Bimtek berfokus pada bagaimana perguruan tinggi bisa melakukan relaksasi kurikulum dan bagaimana mendesain kurikulum MBKM.
"Relaksasi kurikulum diperlukan untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi perguruan tinggi untuk mendesain kurikulum yang lebih merdeka dan lebih sesuai dengan konteks setempat,"sambungnya
Sementara itu MSD adalah ajang dialog antara perguruan tinggi dengan pihak di luar perguruan tinggi seperti lembaga pemerintahan, organisasi bisnis (termasuk industri), organisasi sosial dan kemasyarakatan yang berpotensi menjadi mitra bagi perguruan tinggi untuk menyelenggarakan MBKM Mandiri.
"Salah satu hal terpenting dalam MBKM adalah memberi hak kepada mahasiswa untuk belajar di luar program studinya. Dalam konteks itulah perguruan tinggi memerlukan banyak mitra yang mau terlibat dalam dunia pendidikan.(nni/lia)