PRABUMULIH - Sejak awal Agustus 2023 hingga 15 September ini, Kota Prabumulih telah mengalami sebanyak 35 kasus kebakaran hutan, kebun, dan lahan (karhutbunlah). Hal itu diungkap Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Prabumulih, Sriyono, melalui Sekretaris BPBD Prabumulih, Roy Tauhid, kemarin. "Selain 35 kasus Karhutbunlah, sampai saat ini ada 7 hotspot di Kota Prabumulih," jelas Tauhid. Adapun peningkatan kasus Karhutbunlah terbesar terjadi pada Minggu kedua bulan September.
"Dimana pada Kamis, 14 September 2023, kita bahkan mencatat lima kasus kebakaran lahan dalam satu hari," ujarnya lagi.Menurut data BPBD, karhutbunlah ini tidak hanya terjadi di satu lokasi, tetapi menyebar di beberapa kelurahan dan desa di Kota Prabumulih, termasuk kelurahan Muara Dua, Kelurahan Sukajadi, Desa Muara Sungai, Kelurahan Anak Petai, Kelurahan Patih Galung, dan Kelurahan Muara Dua. Namun, kondisi ini menimbulkan kendala bagi BPBD Kota Prabumulih. Saat ini, mereka hanya memiliki 56 personel pemadam kebakaran yang terbagi dalam 4 regu. Selain itu, BPBD hanya memiliki 3 unit mobil pemadam kebakaran, 1 unit rescue Triton, dan 3 unit motor. Akibat maraknya kasus karhutlah itu, Roy Tauhid mengaku pihaknya menjadi kewalahan terlebih pada saat terjadi lebih dari satu kasus dalam satu harinya.
"Ketika terjadi kasus kebakaran dalam waktu yang bersamaan, kami menjadi kewalahan seperti yang terjadi pada 15 September kemarin. Dalam satu hari ada lima kasus dan waktunya hampir berbarengan," tuturnya.Kendati demikian, kata Roy Tauhid, BPBD Kota Prabumulih kini tengah bekerja keras untuk mengatasi situasi ini dan mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap risiko kebakaran hutan, kebun, dan lahan serta berperan aktif dalam upaya pencegahan. Pihak berwenang juga mengharapkan adanya bantuan dan koordinasi dari instansi terkait dalam menangani Karhutbunlah yang semakin meningkat. Ditanya apa penyebab tingginya kasus karhutbunlah tersebut, Roy mengaku tidak mengetahui secara pasti apa penyebabnya. Namun pihaknya menduga, hal itu terjadi karena kemarau panjang yang menyebabkan suhu tinggi dan rumput yang mengering mudah terbakar. (chy)
Kategori :