*Dari Sampah, Macet, Genangan, Hingga Kumuh
PALEMBANG , SUMATERAEKSPRES.ID- Sebagai kota Metropolitan, Palembang tak lepas dari persoalan kemacetan, kumuh, genangan air, dan sampah.
Untuk mengatasinya tentu perlu perencanaan demi penuntasan mengingat perkembangan kota yang pesat agar tidak semakin crowded jika lambat ditangani.
Kepala Bappeda Litbang Kota Palembang, Ir H Harrey Hadi MS mengatakan Palembang memiliki 4 persoalan pokok, yaitu sampah, macet, genangan, dan kumuh.
"Permasalahan ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Palembang tapi juga kota-kota besar lainnya di Indonesia," sampainya usai menerima kunjungan kerja tim Bappeda Kota Depok di Kantor Bappeda Palembang, Jum'at (15/9).
Harrey menjelaskan perencanaan penuntasan masalah di Palembang sebenarnya sudah ada berjalan tahapannya.
Seperti soal sampah melalui penyelesaian dengan cara dari hulu ke hilir (hilirisasi) yang on progres.
"Sampah Palembang 1.200 ton per hari. Ada investasi swasta melalui Perpres Palembang kota pilot project pengolahan sampah dengan sistem incenerator (pengolahan sampah dibakar menjadi listrik)," jelasnya.
Melalui sistem hilirisasi sampah ini, minimal 1000 ton dapat dibakar per hari sehingga timbulan sampah yang ada dapat diselesaikan.
"Sisa yang tidak masuk incenerator, dikelola di bagian hulu. Diman Kota Palembang mendapat hibah dari Kemendagri senilai Rp101 miliar, dengan syarat Palembang menyiapkan lahan minimal 4 hektare," katanya.
Hibah Kemendagri ini untuk proyek di TPA Sukawintan. Di sana nanti dilakukan proses pemilahan hingga pelibatan bank sampah dalam mengatasi timbulan sampah yang tidak masuk incenerator.
Terkait kemacetan, Palembang secara infrastruktur transportasi sudah lengkap baik itu jalur sungai, darat, kereta ringan (LRT), dan udara.
"Untuk pembangunan sistem transportasi, Palembang sudah punya LRT. Untuk memperkuat penggunaan LRT sudah didukung kendaraan feeder, bahkan saat ini masih gratiskan.
Hanya tinggal bagaimana angkutan feeder bisa diperbanyak lagi," ujarnya. Kemudian persoalan genangan, walaupun sudah ada pompanisasi Sungai Bendung, tapi belum maksimal.
"Ini karena terkait pembangunan infrastruktur yang belum teratur menyebabkan penyempitan saluran dan lainnya sehingga genangan masih terjadi," tukasnya.
Sementara soal kumuh, bantaran sungai jadi konsentrasi wilayah yang cukup sulit ditangani.
Penyelesaiannya dari bidang sanitasi Palembang melengkapi program 100-0-100 (100 persen air bersih, 0 persen kumuh dan 100 persen sanitasi layak) melalui IPAL Sei. Selayur.
"IPAL sudah lama dan Palembang terbesar melengkapi program 100-0-100. Ini hibah Australia berupa IPAL Terpadu sehingga air limbah tidak lagi ke safety tank tapi dikelola oleh IPAL," pungkasnya. (tin/fad)