Stop Impor : Pengembalaan & Kemitraan

Minggu 27 Aug 2023 - 10:13 WIB
Reporter : Rian Sumeks
Editor : Rian Sumeks

Stop Impor : Pengembalaan & Kemitraan Oleh: Dr. drh. Jafrizal, MM   SUMATERAEKSPRES.ID - Indonesia sampai saat ini masih belum mampu memenuhi semua permintaan daging sapi domestik sehingga harus menempuh jalan pintas dengan mengimpor dari luar negeri. Proyeksi konsumsi daging masyarakat Indonesia tahun 2023 sebesar 2,9kg/kapita masih dibawah rata-rata konsumsi daging sapi dunia sebesar 6.4 kg/kapita. Dengan konsumsi 2.9 kg/kapita, Indonesia membutuhkan daging sebanyak 816.790 ton. Jumlah kebutuhan ini akan terus meningkat beberapa tahun ke depan mengikuti trend pertumbuhan penduduk dan preferensi konsumsi masyarakat. Produksi daging domestik baru mampu memenuhi sebanyak 442.890 ton atau 54 persen dari kebutuhan secara nasional. Kekurangan kebutuhan daging akan tetap dipenuhi melalui impor. Swasembada sampai hari ini masih menjadi mimpi yang belum dapat kita wujudkan. Indonesia memiliki rasio jumlah sapi dengan jumlah penduduk 0.067 artinya setiap 0.067 ekor sapi per setiap orang penduduk, sedangkan Australia dengan rasio 0.9, Brasil dengan rasio 1.2. Tentunya untuk swasembada kita harus bekerja keras dan cerdas untuk mewujudkannya. Program Upsus Siwab dan Sikomandan yang dilakukan harus tetap ada program akselerasi yang mampu mempercepat pertumbuhan dan mempermurah biaya produksi ternak sapi. Membangun industri peternakan sapi yang dari hulu menjadi prioritas yakni perbibitan dan pengembangbiakan dengan penguatan skala ekonomi, pola pemeliharaan dana penyediaan fasilitasi dan intesif untuk motivasi, produktifitas dan efisiensi usaha dalam mendukung daya saing produk terutama dari aspek biaya produksi.

Dari aspek harga produk daging

Indonesia menghasilkan daging lokal dihargai sekitar Rp 95-100 ribu/kg, di negara-negara ini harga ekspornya bisa lebih rendah. Di tiga negara India, Brasil dan Australia. Daging sapi di India diekspor dengan harga US$ 2,88/kg atau Rp 36.864/kg. Sementara daging sapi asal Brasil diekspor dengan harga rata-rata US$ 4,52/kg atau Rp 57.856/kg, dan daging sapi asal Australia US$ 4,73/kg atau Rp 60.544/kg. Indonesia bisa melepaskan diri dari impor daging dengan cara menghasilkan produksi daging lokal. Dengan harga yang minimal sama dengan harga daging impor (http.finasial.detik.com).

Bagaimana caranya?

Merobah metode pemeliharaan dengan menurunkan biaya produksi. Komponen utama biaya produksi sapi 70 persen adalah komponen pakan. Kegiatan peternakan dengan metode dikandangkan yang mengharuskan peternak membeli/menyediakan pakan setiap hari.  Maka, akan mengakibatkan besarnya biaya-biaya yang harus ditanggung para peternak dan membuat harga jualnya sulit bersaing. Metode yang berbeda di 3 negara pengimpor seperti India, Australia dan Brasil, hewan ternak khususnya sapi dibiarkan lepas di alam bebas yang bisa menekan biaya perawatan kandang Lalu, biaya buruh untuk mencari pakan, biaya inseminasi buatan, biaya obat2an dan biaya operasional lain. BACA JUGA : Wilayah Perbatasan Rawan Hewan Pembawa Rabies Metode lepas liar merupakan metode yang telah diterapkan oleh nenek moyang kita terdahulu. Sehingga kepemilikan sapi oleh satu orang dapat mencapai 50-100 ekor. Pola tradisonal yang diajarkan nenek moyang kita dahulu justru diterapkan oleh negara-negara maju peternakan. A
Tags :
Kategori :

Terkait