Merawat Akar Budaya, Warga Mura Berkomitmen Lestarikan Wayang Kulit MUSI RAWAS, SUMATERAEKSPRES.ID - Dalam acara Pementasan Wayang Kulit sebagai bagian dari perayaan Bersih Desa Mardiharjo 2023 di Desa Mardiharjo, Kecamatan Purwodadi, Bupati Musi Rawas (Mura), Hj Ratna Machmud, telah mengajak warga Kabupaten Musi Rawas (Mura) untuk terus melestarikan seni tradisional wayang kulit. Dalam kesempatan tersebut, Bupati Hj Ratna Machmud menyoroti pentingnya menjaga keberlanjutan wayang kulit. Seni ini telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Karena menandakan nilai kisah naratif dan warisan budayanya. Wayang kulit berasal dari adaptasi seni wayang Potehi dari wilayah Fujian, Tiongkok selatan. Lalu Sunan Gunung Jati adopsi dan menjadi populer oleh Sunan Kalijogo sebagai sarana dakwah Islam di Indonesia. Perbedaan mencolok antara wayang potehi dan wayang kulit tampak dalam tujuan dan bahan pembuatannya. BACA JUGA : Daftar 5 Jurusan Teraneh di Dunia, Nomor 4 Cocok Buat Anak Era Digital Wayang potehi asalnya bertujuan menghibur tahanan mati dengan karakteristik kain perca dan narasi seputar kerajaan serta dewa-dewi Tiongkok. Di sisi lain, wayang kulit menjadi salah satu sarana dakwah Islam, terbuat dari kulit lembu, dan mengusung narasi bratayudha, mahabrata, dan ramayana dengan tema sentral perjuangan kebaikan melawan kejahatan.
Kategori :