Dokter Spesial Masih Terbatas

Minggu 22 Jan 2023 - 19:40 WIB
Reporter : admin
Editor : admin

PALEMBANG – Kehadiran Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) sangat penting bagi masyarakat. Namun memang masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan, dan pekerjaan rumah itu bukan hanya tugas POGI, tetapi seluruh stakeholder. Salah satunya masalah keterbatasan dokter spesialis yang masih menjadi topik utama harus segera dituntaskan. Saat ini untuk POGI ada 372 dokter tersebar di 33 rumah sakit kelas A, B, dan C.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumsel, dr Hj Abla Ghanie SpTHT-KL (K), mengatakan, dokter spesialis masih sedikit. Padahal Sumsel punya fakultas kedokteran. “Tetapi kita juga tak bisa menyalahkan karena banyak faktor yang memengaruhi kekurangan dokter. Hal ini terkait jumlah dosen (mendidik spesialis). Ini PR kita yang harus diselesaikan bersama," terangnya usai Pelantikan POGI Cabang Sumsel Periode 2022-2025, kemarin (22/1).

Dia mengatakan ada 17 cabang ikatan cabang dokter tersebar di 16 kabupaten/kota di Sumsel yang sudah berdiri, seperti Lubuk Linggau, Banyuasin, Muara Enim, dan daerah lainnya. Tapi memang pemerataan kehadiran dokter spesialis di daerah belum terjadi. Kadang dokter  yang bertugas di daerah mengalami kesulitan lantaran kekurangan fasilitas. "Semoga kehadiran POGI menjadi rumah besar bagi bersama Ikatan Dokter Indonesia," pungkasnya.

Wakil Ketua Umum POGI Pusat, Prof Dr dr Budi Wiweko SpOG, mengatakan, angka kematian ibu dan anak di Indonesia masih cukup tinggi. Sumsel berada di peringkat 16 dengan rata-rata angka kematian 76 kasus pada 2022. Lima kabupaten/kota tertinggi  yakni Muara Enim 12, OKU 11, Muba 9, Lahat 8, dan Palembang 6. Penurunan angka kematian ibu dan anak pun harus terus dilaksanakan dan jadi PR yang harus di selesaikan. "Dengan kehadiran POGI diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada," cetusnya.

Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Sumsel, dr Trisnawarman, mengatakan, angka kematian ibu dan anak di Sumsel terus mengalami penurunan. Meski begitu, dia mengaku, PR bersama masih tetap banyak. "Angka terus turun, tahun lalu 100-an dan pada 2022 kemarin 70 kasus," ucap dia.

Untuk itu, guna menekan angka itu perlu sinergi dan pencegahan supaya tidak terjadi kasus lagi.

Gubernur  Sumsel, H Herman Deru mengatakan kedua organisasi yang baru dilantik dan dikukuhkan merupakan organisasi yang tumbuh dengan popularitasnya. "Perkumpulan ini harus didasari keihklasan agar komunikasi dapat terjalin antara junior kepada senior, dan sebaliknya untuk  mendapat pengalaman. Informasi yang tentunya berkaitan dengan kasus, termasuk masalah literasi hukum," ujarnya.

Dilanjutkan HD, dengan masih sangat terbatasnya SPOG di Sumsel, sekitar 241 orang dan penyebarannya kebanyakan di kota, POGI hendaknya memberikan pelayanan ke masyarakat pelosok dengan cara melakukan kunjungan minimal 1 minggu sekali sehingga dapat mengetahui keluhan dan penyampaian informasi kesehatan.

"Bisa juga dengan melakukan kerja sama dan pembinaan ke posyandu-posyandu di desa-desa yang merupakan garda terdepan kesehatan masyarakat. Terbukti hingga saat ini, pembinaan kepada posyandu dapat menurunkan angka stunting.  Saat ini Sumsel merupakan provinsi dengan penurunan stunting terbanyak atau terbaik. Dari semula 24,8 persen, saat ini  hanya tinggal 18 persen," jelasnya.

Kepada Yayasan Kanker Indonesia (YKI), dia berpesan agar lebih mensosialisaikan kepada masyarakat tentang pencegahan dan penyebaran kanker. "Sehingga masyarakat dapat mengetahui apa itu kanker, bagaimana mencegah dan menghentikan penyebarannya, YKI juga dapat dibentuk di kabupaten/kota Sumsel," tutupnya. (yun/fad)

Tags :
Kategori :

Terkait