*Tujuh Bulan, Total Hotspot 1.128 Titik
*Air Mulai Kering, Kendala Petugas Pemadaman Darat
SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID – Luasan lahan yang terbakar di Sumsel sejak Januari 2023 hingga sekarang terus bertambah.
Total saat ini sudah mencapai 1.129 hektare. Itu perhitungan berdasarkan analisis citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS yang di-overlay dengan data sebaran hotspot.
Juga laporan hasil ground check hotspot dan laporan pemadaman yang dilaksanakan Manggala Agni.
Data itu tercantum dalam website sipongi.menlhk.go.id/, per Juni 2023. Sebagai perbandingan, pada 2022, luas lahan yang terbakar 3.723 hektare.
Pada 2021 lebih banyak lagi, yakni 5.245 hektare. Sedangkan 2020 hanya 950 hektare.
Sedangkan karhutla yang terluas dalam lima tahun terakhir di Sumsel pada 2019, dengan luasan 336.798 hektare.
Saat ini, kondisi cuaca makin kering. Dapat dilihat dari semakin jarangnya turun hujan. Beruntung, hotspot Juli 2023 lebih rendah dari beberapa bulan sebelumnya.
BACA JUGA : Peluang Karir Terbaru: Lowongan Kerja Bank BTN untuk Lulusan S1 S2 di Bulan Agustus 2023. Ini Posisi yang Dibutuhkan!Dari data BPBD Sumsel, jumlah hotspot Januari tercatat 59 titik, Februari 82, Maret 93, April 262, Mei 226, Juni 235 dan Juli 171 titik.
“Dari semua daerah, hotspot terbanyak di Muba dengan 184 titik, lalu Mura 170 titik dan Muratara 155 titik,” kata Kabid Kedaruratan Bencana BPBD Sumsel,
Ansori. Meski tiga daerah itu terbanyak hotspot pada periode Januari-Juli 2023, tapi lahan gambut pada wilayah OKI dan Ogan Ilir mulai terbakar.
Ini jadi pertanda, sebagian wilayah OKI mulai kering. Jumat (4/8) lalu, terjadi karhutla pada dua lokasi.
Yakni di Desa Deling Kecamatan Pangkalan Lampam dan Desa Tanjung Aur Kecamatan Jejawi. Yang terbakar, lahan mineral milik masyarakat.
Kepala Manggala Agni Daops XVII OKI Edi Satriawan mengatakan, kebakaran baru padam Sabtu (5/8).
“Luas yang terbakar sekitar setengah hektare,” ujarnya.
Untuk di wilayah Desa Tanjung Aur Kecamatan Jejawi malah lebih luas. Lahan yang terbakar mencapai empat hektare.
Lahan tersebut lahan cetak sawah milik masyarakat. Tim melakukan groundcheck ke lokasi titik api dengan kendaraan roda dua dan berjalan kaki.
Lokasi itu melewati tiga kanal. Tim melaksanakan pemadaman dengan menggunakan peralatan non mekanis jet shooter.
“Kondisi hujan yang jauh berkurang membuat kondisi air di lapangan sebagian sudah kering. Ini menjadi kendala saat melakukan pemadaman,” bebernya.