Libatkan Perajin, Bangkitkan UMKM 

Sabtu 29 Jul 2023 - 20:48 WIB
Reporter : Widhy Sumeks
Editor : Widhy Sumeks

SELAIN senjata pusaka, kebudayaan Palembang atau Sumsel lainnya adalah tanjak. Seniman tanjak Palembang, Heri Sutanto, menjelaskan tanjak adalah tanah yang dipijak, dijunjung di kepala.

“Menandakan kita cinta kepada negeri kita ini. Karena ketika memakai tanjak, kita tidak hanya membawa diri pribadi. Tapi juga nama baik daerah kita, khususnya Palembang,” kata Cek Eri Tanjak, biasa orang menyapanya.
Berdasar bentuk lipatannya, tanjak Palembang ada beberapa jenis. Seperti tanjak kepodang hinggap, belah mumbang, meler, rantau ayaw, dan lainnya. “Tapi yang saya polulerkan baru dua ini. Kepodang hinggap, dan belah mumbang,” ujarnya. Tanjak itu ada filosifinya, kain yang dilipat-lipat untuk ikat kepala. Jadi ciri khas daerah tertentu. Zaman dahulu masa kesultanan, tanjak itu dipakai kaum bangsawan. “Tanjak zaman dulu, kain itu hanya dilipat-lipat. Tapi kalau sekarang, dilipat dan dijahit. Biar lebih simpel (bagi pemakainya),” imbuhnya. BACA JUGA : Lestarikan Pusaka Leluhur, Its Lifestyle Sebab tidak semua orang mampu melipat kain membentuk tanjak. Dalam tanjak Palembang, ada beberapa lipatan. Lipatan 6 cm, melambangkan rukun iman. Lipatan 5 cm melambangkan rukun Islam. Tinggi tanjak, 13 cm. “Melambangkan 13 rukun salat. Taat kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ungkapnya. Seperti dari bentuk lipatan, dia mencontohkan jenis tanjak kepodang hinggap. Artinya burung kepodang yang hinggap di puncak ranting atau dahan atau pohon yang tinggi. “Melambangkan seseorang yang mempunyai jabatan,” jelasnya. Dalam tanjak Palembang juga 3 susunan lipatan. Melambangkan, ucapan, perbuatan, dan hati Lipatan tanjak Palembang, memiliki ciri khas dan ada artinya. Bagian belakang ada dua ikatan simpul hidup di kanan dan kiri. Melambangkan dia merangkul semua agar bisa sukses.
“Melambangkan silaturahmi, persatuan dan kesatuan. Bukan sekadar untuk mengepaskan kepala pemakainya,” tukasnya.
Tapi menandakan orang Palembang itu lapang hati, dan menatap perubahan zaman. Buktinya, di Kota Palembang, belum pernah ribut antarsuku. Bisa hidup berdampingan. “Maaf ngomong, daerah-daerah lain (luar Sumsel, red) pernah terjadi (ribut antarsuku,red),” sesal Cek Eri. Untuk motif tanjak di Sumsel, setiap daerah punya motif tersendiri.
Tags :
Kategori :

Terkait