PALEMBANG - Penjualan properti dan kendaraan bermotor menjadi penopang pertumbuhan premi industri asuransi umum saat ini. Seperti portofolio PT BRI Asuransi Indonesia (BRI Insurance) yang didominasi produk asuransi kebakaran properti. Alhasil, cukup signifikan mengerek pendapatan premi (revenue) yang didapat. Tahun lalu, BRI Insurance (BRINS) mampu mengantongi revenue sebesar Rp 2,6 triliun. Nah, Direktur Utama BRINS Rahmat Budi Legowo optimistis mematok target pendapatan menjadi Rp3,2 triliun tahun ini. Naik sebanyak Rp600 miliar. Menurut dia, banyak potensi bisnis yang belum digarap. Khususnya di sektor ritel dan mikro. Meski, dua sektor tersebut telah menyumbang masing-masing 40 persen dan 30 persen terhadap porsi laba 2022. Hingga Juni 2023, jumlah pendapatan premi BRINS tercatat Rp 1,49 triliun. Artinya, sudah 49 persen dari target 2023.
“Asuransi kebakaran properti itu mendominasi sampai lebih dari 50 persen, itu menciptakan revenue cukup lumayan dibandingkan terfokus ke asuransi kendraan bermotor,” ucap Rahmat.Direktur Bisnis BRINS Handaru Sakti berkomitmen akan mengoptimalkan bisnis yang sudah ada. Kemudian melihat dan memetakan peluang bisnis yang belum tergarap. Khususnya, dari nasabah eksisting BRI. Misalnya, nasabah yang memiliki rumah sebagai agunan maupun di luar agunan. Lalu memperluas mitra kerja sama dengan Bank Perekonomian Rakyat (BPR) maupun koperasi terkait asuransi agunan. "Aset yang jadi agunan di pihak tersebut, itu akan kami garap. Seperti dokumen BPKB atau sertipikat yang menjadi agunan BPR atau koperasi seandainya hilang, kami berikan santunan proses penggantiannya," jelas Handaru. Di sisi lain, banyak masyarakat yang belum melek asuransi. Hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2022 menunjukkan tingkat inklusi hanya sebesar 31,72 persen dan literasi asuransi 16,63 persen.
"Yang perlu didorong adalah literasi melalui pemaksaan. Seperti di Amerika Serikat (AS) ini sudah ditetapkan kalau punya mobil, ya wajib punya asursansi. Jika tidak punya itu kriminal," ujar Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko BRINS Heri Supriyadi. BRINS juga memastikan pencadangan teknis terjaga.Jumlahnya sebesar Rp1,01 triliun atau 2,5 kali dari portofolio polis aktif. Belajar dari pengalaman pandemi, dimana banyak perusahaan asuransi yang bangkrut. (jp/fad)