Cadangkan 1,5 Juta Ton Beras

Rabu 12 Jul 2023 - 22:03 WIB
Reporter : Edi Purnomo
Editor : Edi Purnomo

*Hadapi Potensi El Nino

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi menyatakan pada Oktober akan ada potensi El Nino atau fenomena meningkatnya suhu muka laut di Samudra Pasifik.

Dampaknya, curah hujan di kawasan sekitarnya, termasuk Indonesia, akan berkurang. Curah hujan yang berkurang bakal bermuara pada terganggunya produksi pertanian.

”Kalau beras, akan ada selisih 110 hari (masa tanam padi),” kata Arief di Jakarta.

Dengan adanya El Nino pada Oktober yang diperkirakan sampai Desember, dikhawatirkan cadangan beras pada awal 2024 terganggu.

Pemerintah berusaha mengatur strategi dari sekarang. Badan Pangan, lanjutnya, telah diminta untuk menghitung antara kebutuhan pangan dan yang dihasilkan petani.

Ketika ada penghitungan ini, diharapkan tidak ada lagi kekurangan komoditas pangan karena kondisi tertentu.

Dia mencontohkan, Tiongkok secara nasional sudah mencadangkan 12 juta ton beras. Lalu bagaimana Indonesia? Arief menuturkan, jika kebutuhan beras satu tahun mencapai 30 juta ton, pemerintah harus mencadangkan 5 persennya atau 1,5 juta ton.

Lalu, menurut Arief, jika dihitung per kilo beras Rp11 ribu, modal yang dibutuhkan untuk memenuhi cadangan pangan sebesar Rp16 triliun. Untuk mencapai cadangan yang ideal, produksi terus didorong.

Arief mengungkapkan bahwa akan ada pinjaman murah dari Kementerian Keuangan yang disalurkan melalui Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).

”Bunganya 4,75 persen. Biasanya 8–10 persen,” katanya.

Untuk membahasnya, dia menyatakan, dalam waktu dekat dilakukan pembahasan antara Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, Bulog, dan pemangku kepentingan terkait. D

ia juga menginformasikan bahwa program pinjaman murah ini sudah dilakukan Bulog. Nilai pinjamannya mencapai Rp1 triliun.

Arief menegaskan, produksi pangan ini merupakan tanggung jawab Kementerian Pertanian. Lalu, yang akan menyerap adalah Bulog.

Selanjutnya, hilirisasi hasil pangan yang sudah berjalan adalah public service obligation (PSO). Program ini dilakukan Bulog.

Beras PSO selama ini diberikan untuk bantuan pangan keluarga rawan stunting, daerah rawan kekurangan pangan, dan yang lainnya.

”Ada juga yang komersial. Beras Bulog sekarang sudah ada di pasar tradisional maupun dipasarkan secara online,” jelasnya.

Direktur Utama Bulog Budi Waseso dalam kesempatan yang sama menyebutkan, stok beras di Bulog mencapai 670 ribu kilogram. Lalu, yang sudah disalurkan 1,2 juta kilogram beras. ”Cadangan jagung kita serap produksi lokal.

Tidak ada impor,” katanya. Hanya yang masih jadi pekerjaan rumah penyerapan hasil dari petani di luar Jawa.

Belum lama ini ada panen jagung di Papua. ”Ini sedang dipikirkan bagaimana penyerapannya,” ujarnya. (jp/fad)

Tags :
Kategori :

Terkait