Banyak Masuk Pemodal Luar

Minggu 09 Jul 2023 - 22:25 WIB
Reporter : Muhajir Sumeks
Editor : Muhajir Sumeks

*Terdata Sampai 200 Titik

Jumlah titik tambang emas liar makin banyak. Data terakhir, ada 200 lokasi. Terbanyak sistem dompeng. Gunakan mesin sedot. “Paling banyak dompeng,” kata Marsito, warga Rupit, Aktivitas dompeng banyak ditemukan sepanjang aliran Sungai Minak, Sungai Rupit, Sungai Tiku, dan Sungai Rawas. Untuk modal dompeng ponton lengkap dengan peralatan ditaksir butuh modal Rp47 juta. Kalau hanya dompeng lanting berkisar Rp17 juta.
“Kalau pakai dompeng, hasilnya lumayan,” tambahnya. Dalam sehari  dapat 9-17 gram butiran emas kalau pakai mesin dompleng pontoon. Kalau dompeng lanting, sekitar 4-6 gram.
Butiran emas yang didapat dimasukkan ke wadah khusus. Lalu dicampur mercury atau air perak. Diendapkan 1-3 jam, butiran emas akan menggumpal padat. Marsito mengaku tidak sulit dapat mercury. Bisa beli di toko atau online. Harganya Rp800 ribu-Rp2,5 juta/liter. Tergantung kualitas. Cara kedua, tambang gali (ngelobang). Banyak ditemukan di Karang Jaya. Gunakan mesin bor kapasitas besar, mesin blower, mesin sedot untuk menyedot air dari dalam tanah. “Rata-rata modalnya Rp40-60 juta untuk satu lubang,” bebernya. Untuk kedalaman lubang bervariasi. Sekitar 10-50 meter. Sesuai dengan jalur emas yang ditemukan. Proses penggalian biasanya libatkan 7-8 orang. bagi hasilnya, 60 persen untuk penggali, 40 persen untuk pemilik modal. BACA JUGA : DPD dan Bacaleg 18 Parpol Clear Sistem ketiga, Ngedulang. Ini cara tradisional yang masih dipertahankan. Masih ditemukan di sepanjang aliran Sungai Rawas maupun Sungai Rupit. Warga gali tanah dengan peralatan seadanya. Lalu tanah yang diduga bercampur emas didulang. Sahar, warga Desa Batu Gajah yang biasa melakukan aktivitas ngedulang, mengungkapkan, kini sebagian orang hijrah ke wilayah Singkut, Jambi untuk mendulang emas di sana. Pada wilayah kawasan Bukit Cermin. Sudah masuk wilayah Tanaman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS).
“Kadar emas di sana lebih tinggi, bisa 80-95 persen. Kalau di Sungai Minak, Sungai Tikur paling 40 persen. Sedangkan di Sungai Rupit dan Sungai Rawas sekitar 60 persen,” bebernya.
Syaiful, warga lain menuturkan, menjamurnya aktivitas penambangan emas liar di Muratara memang tidak lagi oleh masyarakat setempat.  “Sudah banyak warga dari luar. Terutama pemodalnya,” bebernya. Sudah sering dilakukan razia oleh aparat gabungan. Camp dibakar, mesin, pipa diangkut. “Tapi tidak lama setelah itu, mereka menambang lagi. Tidak takut,” pungkasnya. Pihak kepolisian terus melakukan penindakan. Kapolres Muratara AKBP Ferly Rosa Putra mengatakan, pihaknya sudah memetakan sejumlah titik yang marak aktivitas penambangan emas liar. Berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait, Polres Muratara akan kembali melakukan penindakan. “Untuk penindakan, kami terus bergerak. Melakukan berbagai kegiatan seperti razia, pemusnahaan alat-alat dompeng dan memberikan sosialisasi terhadap masyarakat,” ujarnya. Kemudian, membuat posko terapung. Masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas yang melanggar hukum seperti melakukan penambangan emas ilegal. “Itu akan merusak lingkungan,” tegasnya. (zul)
Tags :
Kategori :

Terkait