*Cuaca Ekstrim Picu Kematian Ikan
MURATARA – Warga dan petani diminta mewaspadai perubahan anomali cuaca. Pasalnya di pertengahan 2023 anomali cuaca yang ekstrim dapat memicu kematian pada budidaya ikan secara massal.
Reza, salah satu pelaku budidaya ikan kolam terpal di Kecamatan Rupit mengaku, kematian bibit ikan bagi pembudidaya kolam terpal memang menjadi momok yang menakutkan.
‘’Saat ini banyak warga Muratara yang mencoba peruntungan di bidang budidaya perikanan.
Kasus kematian ikan secara mendadak, memang kerap terjadi saat perubahan cuaca,’’ katanya.
Dikatakan, awalnya dia tak tahu penyebab ikan kolam terpal sering mati mendadak. ‘
’Apakah karena kualitas air kurang bagus atau cuaca. Padahal sudah dikasih obat, atau probiotik tapi masih mati jugo," katanya.
Reza mengaku, hanya mengetahui informasi jika perubahan cuaca, memang bisa mengakibatkan ikan ikan mati mendadak.
Baik di musim penghujan maupun musim kemarau, khususnya di budidaya kolam terpal ataupun kolam beton. ‘’Kadang kadang yang sakit hati, ikan baru nak panen, dio mati mendadak.
Untuk ngatasinyo kami belum tahu caronyo," ungkapnya.
Pihaknya berharap, pemerimntah daerah bisa memberikan informasi dan solusi khususnya bagi pembudidaya kolam terpal lokal. ‘’Agar kasus seperti itu tidak lagi terjadi, terhadap bibit ikan yang sudah mereka tebar,’’ katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Muratara, Ade Mairi mengatakan, pemerintah daerah sudah menyiapkan tenaga penyuluh untuk mebantu masyarakat dalam mengembangkan pertanian maupun budidaya perikanan.
‘’Hingga saat ini kita belum menemukan laporan kasus kematian ikan mendadak di Muratara, namun memang perubahan cuaca yang ekstrem bisa menjadi salah satu pemicu kematian ikan budidaya kolam secara massal,’’ ujarnya,
Dia mengatakan, perubahan suhu dari panas mendadak menjadi dingin karena hujan, atau sebaliknya. berdampak vital bagi pelaku budidaya perikan.
‘’Karena ikan-ikan yang tidak bersisik tebal seperti lele, patin dan lainnya bisa mati secara masal," katanya.
Selain masalah suhu, ada beberapa faktor lainnya juga yang mesti di waspadai seperti penurunan PH air kolam, tingkat kebersihan kolam dan cara pemberian pakan.
‘’Banyak pembudidaya pemula gagal dalam mengatasi kematian masal itu, karena tidak mengetahui secara pasti teknis dan langkah apa yang harus mereka lakukan,’’ ujarnya.
Untuk mengatasi masalah seperti itu, lanjutnya, cukup menaburkan garam satu kilogram/meter kubik tergantung luasan kolam.
‘’Jadi kalau ada perubahan suhu mendadak seperti hujan lebat, siapkan saja garam dapur tidak beryodium dan masukkan dalam kolam," ungkapnya.
Dia juga meminta, masyarakat yang membudidayakan ikan harus sering-sering melakukan pembersihan sisa kotoran dan pakan didasar kolam.
Sehingga zat negatif dan bakteri yang terdapat di dasar kolam tidak ikut mempengaruhi kematian ikan. ‘’Kalau amoniak sudah banyak otomatis oksigen di dalam kolam berkurang.
Ikan sensitif seperti ikan mas, gurami, nila tidak kuat kalau minim oksigen. Jadi kalau kolam sudah bau, cepat cepat di kuras saja," timpalnya.
Untuk minimal PH kolam yang normal berkisar 6 hingga 7,5. Tak terlalu basa.
‘’Kelompok tani di minta tetap menjaga konsistensi PH air sehingga budidaya di bidang perikanan itu bisa tetap lancar dan ikan yang di tebar di kolam kolam tetap sehat,’’ katanya. (zul)