PALEMBANG - Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara resmi menetapkan Iduladha (10 Zulhijah 1444 H) jatuh pada Rabu Kliwon, 28 Juni 2023.
Ini berbeda dengan penetapan oleh pemerintah yang jatuh pada 29 Juni 2023. Hal itu sesuai dengan maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 1/MLM/1.0/E/2023.
"Penetapan Iduladha ada perbedaan antara Muhammadiyah dan pemerintah. Namun, kita mengimbau meski berbeda jangan ada belago (pertengkaran, red),
" ujar Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Selatan (Sumsel), Ridwan Hayatudin SH MH didampingi Prof Dr H Romli SA MAg,
Wakil Ketua Bidang Tarjih dan Tajidid di Kantor PWM Sumsel, kemarin (22/6).
Ia menegaskan, penetapan ini sama dengan kondisi yang ada di Arab Saudi. "Ini hanya kebetulan saja sama, bukan berarti Muhammadiyah menurut Arab Saudi.
Kondisi Indonesia dan Arab Saudi selisih 4 jam. Saat itu di Saudi karena posisi sudah 4 derajat," ucapnya.
Dalam kesempatan ini dirinya mengimbau warga Muhammadiyah agar melaksanakan salat pada Rabu (28/6) dan pemotongan hewan kurban pada 29 Juni 2023.
"Salat Iduladha lebih awal dari keputusan pemerintah. Namun untuk pemotongan hewan kurban kita samakan saja dengan pemerintah karena Hari Tasyrik ada tiga hari," terangnya.
Ketua Tim Falakiyah Muhammadiyah Sumsel, Drs Sunaryo MHI, mengatakan, pada 18 Juni 2023, ijtimak jelang Zulhijah 1444 H pukul 11:39:47 WIB.
Tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta diketahui hilal sudah wujud, dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu bulan berada di atas ufuk.
"Maka tanggal 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada Senin Legi, 19 Juni 2023," ucapnya.
Khusus Hari Arafah, 9 Zulbijah 1444 H jatuh pada Selasa Wage, 27 Juni 2023 M. "Maka Iduladha (10 Zulhijah 1444 H) jatuh pada hari Rabu Kliwon, 28 Juni 2023," ucapnya.
Hisab hakiki, ijtimak sudah terjadi. Bulan masih di atas ufuk itu prinsipnya dan itu satu paket.
"Itjimak posisi matahari bulan dan bumi berada pada garis lurus, yang terjadi setiap satu bulan. Ini sama di seluruh dunia," tandasnya. (nni/fad)