Yang dua wanita lagi baru tahu Hai Tang dari foto. Keduanya berasal dari daerah Tiongkok Selatan: Guangdong dan Jiangxi. Tidak ada Sakura di selatan. Juga tidak ada Hai Tang. "Saya lebih suka Hai Tang karena warnanya lebih berdarah. Ada bayangan warna merah mudanya," ujar si Jaguar.Mereka balik bertanya: saya lebih suka bunga yang mana. "Saya lebih suka bunga bank," kata saya melucu. Mereka tidak tertawa. Bunga bank ketika saya ucapkan dalam bahasa Mandarin memang tidak ada konotasinya dengan bunga. Lalu saya berwajah serius: untuk bunga tidak ada yang mengalahkan bunga tropik. Bunga di Indonesia. Banyaknya sinar matahari membuat bunga di Indonesia lebih jreng. Lebih warna warni. Bunga di daerah dingin umumnya pucat seperti warna kulit orangnya. Mereka tidak setuju. "Bunga di Indonesia jelek. Tercampur daun. Di sini, kalau musim bunga, satu pohon bunga semua. Tidak ada daunnya," kata mereka.
Saya bantah pendapatnya itu. Di dalam hati. Dan di tulisan ini. "Di Indonesia juga ada yang satu pohon penuh bunga. Tidak ada daunnya. Namanya bunga flamboyan," kata saya. "Bahkan ada lagunya," sambil saya mencarikan lagu dari tahun mereka belum lahir.Rumah sakit tempat saya transplantasi hati tidak jauh dari taman Hai Tang Tianjin itu. Saya menjadi saksi perjalanan rumah sakit itu 17 tahun terakhir. Saat itu di halaman RS itu masih ada tumpukan batubara: untuk bahan bakar boiler. Lingkungan menjadi terlihat kotor. Di situlah diproduksi air panas. Untuk kepentingan rumah sakit. Pipa-pipa aliran air panas juga banyak melintang di sana-sini. Tiap kali datang lagi selalu ada yang baru. Batubara hilang. Boiler hilang. Pipa-pipa hilang. Layar-layar komputer baru dihadirkan. Self service muncul: pasien bisa print sendiri hasil pemeriksaan lab di printer ruang tunggu. Pun bisa cetak film hasil CT scan di situ. Dan kali ini, bukan lagi hanya alat-alatnya yang baru. Rumah sakitnya pun sepenuhnya baru. Di pinggir kota Tianjing. Di tengah kota baru. Seperti di Alam Sutra-nya Jakarta atau CitraLand-nya Surabaya. Tentu RS yang baru ini lebih besar. Lebih modern. Ada museumnya: menampilkan perjalanan pusat transplant organ itu sejak 1942. Semua kegiatan transplantasi dipindah ke RS yang baru ini. Transplant apa pun: hati, ginjal, paru, jantung dan mata. Rumah sakit lama dipertahankan tapi sebagai rumah sakit non-transplant. Saya tidak kenal wilayah baru ini. Tapi gedung-gedung baru seperti sudah saling tuding ke langit. Salah satunya akan menjadi yang tertinggi di Tianjin: gedung yao yao ji. Itulah gedung 117 lantai yang jumlah lantainya menjadi nama gedungnya. Itu seperti menyaingi gedung 101 di Taiwan, yang pernah sekejap menjadi gedung tertinggi di dunia. Tentu dari puncak gedung 117 Tianjin tidak akan bisa melihat puncak gedung 101 di Taiwan, kecuali pakai ilmu Ibu Ida Dayak. (*)
Kategori :