Petani Belum Terbiasa, Siapkan Pengairan yang Cukup

Upaya Aldi, Petugas PPL Indralaya Mengubah Kebiasaan Warga

Memasuki musim tanam, petani di Desa Tanjung Seteko Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir mulai menanam padi di lahan sawah. Sebagian ada yang masih proses penyemaian, beberapa ada yang sudah mulai penanaman di pematang sawah.

ANDIKA - Ogan Ilir

DI Desa Tanjung Setejo Indralaya ada  sekitar 20 hektare lahan persawahan. Semuanya  tipe tanah rawa lebak yang mengandalkan konsumsi air dari tampungan air hujan. "Kami rutin memantau aktivitas para petani di sawah, mengontrol sejauh mana proses pertaniannya dan ikut mengawasi agar meminimaliair risiko kegagalan. Alhamdulillah sejauh ini penanaman padinya aman-aman saja," ujar  Aldi, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Kecamatan Indralaya.

Hanya saja satu hal yang diantisipasi petani agar jangan sampai hewan berkaki empat masuk area persawahan. Mengantisipasi hal itu, para pemilik hewan berkaki empat telah diberikan sosialisasi. Guna mengurangi dampak yang ditimbulkan nantinya. "Disamping memang ada hama seperti tikus, tapi sejauh ini tidak terlalu jadi masalah. Kalau lahan sawah itu bersih, biasanya akan aman," ungkapnya.

Meskipun seharusnya dalam setahun, padi bisa dipanen sampai dua kali. Tetapi, hanya sedikit petani yang mau menerapkannya. "Kalau di sini rata-rata panen setahun sekali. Ada satu dua saja yang sudah mulai coba panen dua kali setahun,"katanya.

Dikatakan, sebenarnya panen sampai dua kali dalam setahun itu bisa dilakukan di desa tersebut. Apalagi melihat kondisi curah hujan yang masih cenderung basah meskipun saat musim kemarau. "Meskipun tidak semua wilayah kita pukul rata bisa tanam panen padi dua kali dalam setahun. Tetapi untuk daerah yang lebak pematang, potensi tanam panen dua kali itu bisa," tambah Aldi.

Lahan rawa lebak pematang (dangkal) merupakan lahan rawa lebak bagian atas, pinggir, pematang yang tidak tergenang pada awal musim kering. Lahan rawa lebak ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura (sayuran) serta monokultur atau tumpangsari.

Selain itu, petani setempat juga belum terbiasa dengan ritme tanam dan panen dua kali dalam setahun. "Pertama memang belum biasa, selama ini sering tanam pakai padi lokal yang umurnya relatif lebih panjang. Hingga panen bisa sampai umur 5 bulanan. Sebenarnya ini faktor teknis, pemupukan, pemeliharaan dan pengairan juga jadi pertimbangan selanjutnya yang menentukan bagaimana hasil panen," jelasnya.

Terlebih untuk pengairan, tata kelola air harus cukup dan ideal. Jika penanaman dilakukan  saat curah hujan pas, maka hasilnya juga akan bagus. Selebihnya pengendalian hama penyakit menjadi faktor lainnya yang menentukan panen dua kali dalam setahun bisa memungkinkan dilakukan. "Untuk hasil panen padi ini tergantung nasib, separuhnya kita  menggantungkan dengan bagaimana kondisi alam. Hasil panen yang bisa dijangkau dari 3 sampai 6 ton per hektare. Tergantung bagus tidaknya kondisi cuaca saat panen," sebutnya.

Masyarakat memang sudah sebagian beralih ke benih padi unggul. Namun, untuk lahan lebak dalam, benih padi lokal dinilai lebih punya kelebihan daya adaptasi yang baik. Selain umurnya yang panjang, padi lokal juga dapat berkembang baik di lahan dengan ketinggian air yang agak dalam. "Kalau jenis padi unggul kelebihannya waktu tanam yang singkat dan lebih tahan hama penyakit. Namun tidak tahan bila harus lama terendam di air yang agak tinggi," ujar Aldi. Padi lokal punya tekstur barang yang lebih tinggi. Oleh karenanya jika tenggelam di lahan lebak dalam masih bertahan hidup. (*/)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan