Pantauan Pada Acara Tradisi Pernikahan yang Sarat Makna di Pagar Alam
Langkah kaki, sepiring kenangan. Tradisi Pantauan di Pagar Alam bukan sekadar makan bersama, tapi wujud cinta, hormat, dan persaudaraan. Foto:Ist/Sumateraekspres.id--
SUMATERA SELATAN – Di tengah gempuran modernitas dan pergeseran nilai, masyarakat Kota Pagar Alam tetap memegang teguh satu tradisi unik dalam hajatan pernikahan Pantauan.
Tradisi ini tidak hanya menjadi penanda peristiwa sakral pernikahan, namun juga menjadi simbol solidaritas, penghormatan, dan kekeluargaan yang masih mengakar kuat di tengah masyarakat.
Pantauan merupakan kegiatan ajakan makan secara bergilir dari rumah ke rumah dalam satu kampung, yang dilakukan oleh pasangan pengantin dan pendamping keluarga mereka saat acara pernikahan digelar.
Biasanya, pengantin akan ditemani oleh dua hingga tiga orang keluarga terdekat dan mengenakan busana adat lengkap.
BACA JUGA:Bandara SMB II Palembang Kembali Sandang Status Internasional, Peluang Ekonomi Sumsel Kian Terbuka
Rombongan ini akan berkunjung ke setiap rumah yang sudah menyiapkan hidangan sebagai bentuk penghormatan dan partisipasi dalam acara pernikahan tersebut.
Menariknya, dalam prosesi ini, tidak boleh ada satu pun rumah yang terlewatkan.
Semua harus dikunjungi, meskipun perjalanan itu melelahkan dan membuat perut kenyang tak tertahankan.
Namun demikian, semangat menjaga adat tetap membara di hati masyarakat Pagar Alam.
BACA JUGA:Jangan Remehkan Sakit Kepala, Ini Dampak Fisik hingga Psikis yang Bisa Timbul
BACA JUGA:Lonjakan Arus Kendaraan Warnai Libur dan Cuti Bersama Waisak 2025 di Jalan Tol Trans Sumatera
Makna dan Simbol Pantauan
Lebih dari sekadar ritual makan bersama, Pantauan mengandung makna mendalam. Tradisi ini dianggap sebagai bentuk penghormatan dari pihak keluarga mempelai pria kepada keluarga mempelai wanita.
Dengan berkunjung ke rumah-rumah warga satu kampung, kedua mempelai juga mempererat tali silaturahmi serta memperkenalkan diri kepada lingkungan sekitar.
