Serap Banyak Tenaga Kerja, Sektor Pertanian Masih Miskin, Pengentasan Kemiskinan Tanpa Data Bakal Percuma
--
SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Sektor pertanian dan pangan menjadi bidang konsentrasi pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Namun perekonomian sektor pertanian, masih belum beranjak dari taraf kemiskinan. Meski pertanian menyerap sebagian besar tenaga kerja.
Termasuk untuk di Provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan sensus Pertanian 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Senin (28/10/2024). Karenanya, pemerintah harus jeli memanfaatkan data pertanian untuk pengambilan kebijakan dan pelaksanaan program.
"Kami identifikasi siapa pelaku usahanya, skalanya, apa sektornya. Baik itu perkebunan, pertanian, ketahanan pangan, holtikultura, kehutanan dan lain-lain lengkap," terang Kepala BPS Sumsel Mohammad Wahyu Yulianto SSi SST MSi, usai Rakorda Sensus Pertanian 2023 BPS Provinsi Sumsel, di Hotel Harper, Palembang.
Sensus dilakukan secara menyeluruh ke setiap pelaku pertanian. BPS Sumsel mencatat besarnya peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja hingga ketergantungan masyarakat terhadap sektor ini.
Berdasarkan data distribusi pertanian, kehutanan dan perikanan mencapai 13,16 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Atau berada di urutan ke-4 setelah pertambangan dan penggalian sebesar 26,61 persen, industri pengolahan 17,84 persen, dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor.
BACA JUGA:Petani Berkutat Kemiskinan, Pejabat Pertanian Terima Suap Ratusan Juta hingga Miliaran Rupiah
BACA JUGA:Pertumbuhan Sektor Pertanian di Lahat Menghadapi Beragam Tantangan Pangan
"Kemudian juga tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja. Dimana sektor Pertanian penyanggah utama tenaga kerja mencapai 43,62 persen dari 4,38 juta penduduk yang bekerja (data Februari 2024)," papar Wahyu. Bahkan dari sensus pertanian 2023, tercatat ada 1,1 juta rumah tangga petani atau yang mengusahakan pertanian. “Untuk Sumsel ini paling banyak petaninya di sektor perkebunan karet, dan juga kopi,” tambahnya.
Meski begitu, lapangan usaha sektor pertanian masih jadi penyumbang karakteristik penduduk miskin yang bekerja. Yakni sebesar 55,87 persen. Lalu perdagangan, akomidasi, makanan dan minuman 9,31 persen, konstruksi 8,00 persen, industri pengolahan 3,19 persen dan lain-lainnya 23,63 persen.
Wahyu berharap, data sensus ini dapat menjadi informasi bagi pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan dan juga menjadi kunci pengentasan kemiskinan di wilayah pedesaan. Karena dalam catatan BPS Sumsel hingga Maret 2024, karakteristik masyarakat miskin berdasarkan sumber pengahasilan utama, yaitu Pertanian 55,87 persen. Lalu industri 3,19 persen, tidak bekerja 9,68 persen, dan lainnya 31,26 persen (selengkapnya lihat grafis).
Sehingga kendati pertanian salah satu penyumbang utama PDRB dan banyak menyerap tenaga kerja, sayangnya penduduk dan rumah tangga miskin juga di sektor ini. “Artinya sebagian besar penduduk miskin menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sebagai lapangan usaha dan sumber penghasilan utama,” tegasnya.
Tahun 2024, lanjut Wahyu, sample-sample yang sudah didata ada kurang lebih 10 ribu (seperti sub-sektor tanaman pangan, holtikultura, dan lain-lain). Diukur tingkat kesejahteraannya, kendala usahanya, menggunakan teknologi atau tidak hingga butuh modal atau tidak, serta lainnya.
BACA JUGA:Kekayaan Alam Ogan Komering Ilir, Dari Perkebunan hingga Pertanian Berkelanjutan
BACA JUGA:Profil Kabupaten Musi Rawas: Potensi Ekonomi yang Melimpah dari Pertanian hingga Pertambangan