Penurunan Populasi Ikan di Sungai Kebutuhan Solusi Berkelanjutan Sangat Diperlukan
Penurunan populasi ikan di Sungai Lematang, Kikim, dan Mana jadi tantangan serius. Solusi berkelanjutan dan konservasi diperlukan untuk menjaga ekosistem dan mata pencaharian. Foto:Agustriawan/Sumateraekspres.id--
Lahat, SUMATERAEKSPRES.ID – Masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Lematang, Kikim, dan Mana kini menghadapi tantangan serius terkait penurunan populasi ikan.
Meskipun daerah ini dikenal kaya akan sumber daya ikan, jumlah tangkapan semakin menyusut, memicu kekhawatiran akan keberlangsungan ekosistem yang menjadi sumber mata pencaharian mereka.
Upaya untuk mengatasi masalah ini telah dilakukan, seperti penebaran benih ikan, penerapan lubuk larangan, dan pengawasan terhadap penggunaan alat tangkap berbahaya seperti racun dan alat setrum.
BACA JUGA:Suzuki US125T 2025, Skutik Retro Modern yang Memikat Pasar China
BACA JUGA:Guru Honorer Ditahan Dituduh Aniaya Siswa, Kasus Kontroversial di Konawe Selatan
Namun, faktor-faktor lain seperti banjir bandang, longsor, dan pembangunan bendungan semakin memperparah kondisi.
Bendungan, khususnya, menghalangi jalur migrasi ikan yang penting untuk proses bertelur, sehingga populasi ikan di hulu sungai mengalami penurunan yang signifikan.
Jenis-jenis ikan yang biasa ditangkap oleh nelayan lokal antara lain Baung, Gurame, dan Nila, tetapi kini mereka menghadapi kesulitan dalam mendapatkan hasil tangkapan yang memadai.
BACA JUGA:Ibu Negara, Peran Penting di Balik Kepemimpinan Presiden
BACA JUGA:Suzuki Geber Program Khusus Spareparts Mobil, Promo di Semua Bengkel Resmi
Dalam konteks ini, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lahat, Novita Suryanti, SE MM, melalui Kepala Bidang Perikanan dan Tangkap, Karmon Kenanga Putra SPi, MSI, menekankan pentingnya menerapkan sistem lubuk larangan untuk melindungi populasi ikan.
Namun, ia mengakui bahwa upaya ini perlu didukung oleh program penebaran benih dan perlindungan habitat.
"Kami juga melakukan sosialisasi untuk mencegah penggunaan alat setrum yang dapat merusak ekosistem perairan," ujarnya.
BACA JUGA:Fadli Zon: Kementerian Kebudayaan Siap Memajukan Kebudayaan Indonesia ke Kancah Dunia