Korek Telinga Picu Lecet-Infeksi

PALEMBANG - Teknologi semakin berkembang. Tapi penggunaan yang salah membuat para penggunanya beresiko terpapar masalah kesehatan. Salah satunya, gangguan pada telinga.

Jika telinga tidak dirawat, maka beresiko mengalami ketulian. Bagaimana cara mencegahnya?.

Secara santai, hal ini dibahas dalam penyuluhan kesehatan di taman edukasi RSUP dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, Kamis (2/3). Menghadirkan Spesialis THT dan Kepala-Leher,  dr Ahmad Hifni SpTHT, K-L. Penyuluhan ini dikemas dalam acara memperingati Hari Pendengaran Sedunia (World Hearing Day) 2023  yang berlangsung selama 1,5 jam, mulai pukul 09.00-10.30 WIB.

Tema yang diangkat  “Bagaimana Cara Mencegah Ketulian”. Ada puluhan pengunjung, baik pasien maupun keluarga pasien yang nimbrung dalam acara penyuluhan itu. Mereka tampak antusias mendengarkan penjelasan dari dr Ahmad Hifni. Ada lima penanya aktif.

Salah seorang dari mereka, Elizabeth. Wanita yang sudah berusia 80 tahunan ini mengajukan pertanyaan seputar gangguan telinga. “Padahal kotoran di dalam liang telinga sudah dibersihkan,” katanya.

Dijelaskan dr Ahmad Hifni, kalau kotoran telinga sudah bersih, tapi masih merasa ada gangguan pendengaran, maka harus dilakukan  pemeriksan audiometric. “Supaya  kita tahu ada masalah apa. Kemudian diobati, mungkin diterapi atau cara lainnya,” kata dia.

Ada pula pertanyaan yang masuk melalui instagram dari pemilik akun Adi_88. Bolehkan membersihkan telinga dengan alat selain cotton bud? Ditegaskan dr Ahmad Hifni, membersihkan telinga pakai cutton bud tidak dianjurkan. “Apalagi benda keras lain. Karena kulit telinga itu tipis, mudah lecet,” bebernya.

Jika membersihkannya dengan benda keras, berpotensi terjadi infeksi. Makanya, ada kasus pasien datang berobat dengan telinga bengkak, infeksi dan sebagainya, “Jangan bersihkan kotoran di liang telinga dengan benda apa pun. Biarkan kotoran itu keluar dengan sendirinya. Kalau memang tidak mau keluar, baru konsultasikan dengan dokter,” tukas dia.

Di akhir acara penyuluhan, lima penanya aktif mendapatkan bingkisan dari manajemen RSUP dr Mohammad Hoesin Palembang. Keluarga pasien yang mengikuti penyuluhan itu mengapresiasi bentuk kegiatan di area dalam rumah sakit itu. “Sembari menemani keluarga berobat, kami jadi bisa mendapat banyak pengetahuan tentang penyakit dan solusinya,” kata Hendra, warga Sukarami Palembang.

Diketahui,tuli merupakan kondisi medis seseorang yang ditandai dengan berkurang atau hilangnya kemampuan mendengar suara. Ketulian ini dapat disebabkan berbagai hal. Mulai dari cedera, penyakit, kelainan genetik, hingga faktor penuaan.

Derajat gangguan pendengaran ini bervariasi, dari ringan hingga sangat berat. Dinilai berdasarkan intensitas suara (desibel). Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeskripsikan disabling hearing loss sebagai gangguan mendengar di intensitas suara lebih dari 40 desibel pada dewasa dan lebih dari 30 desibel pada anak-anak. Dari data WHO juga, sekitar 5 persen dari total penduduk dunia mengalami disabling hearing loss. Jumlah ini sekitar 432 juta orang dewasa dan 34 juta anak-anak. Bahkan diperkirakan, lebih dari 900 juta orang, atau sekitar 10 persen akan mengalami kondisi ini pada tahun 2050 nanti. (*/mh)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan