Indonesia Masih ‘Rajanya’ Otomotif, Pasar Kuartal 1 Turun 23,9 Persen

PROMOSI : Model mempromosikan mobil Daihatsu New Terios. Di pasar mobil ASEAN, Indonesia masih menjadi pemimpin pasar tertinggi, meskipun kuartal 1 2024 market turun.-foto: kris/sumeks-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Penjualan mobil di Asia Tenggara (ASEAN) secara umum turun. Beberapa negara mengalaminya selama kuartal pertama 2024. Namun Indonesia tetap menjadi pemimpin di sini. Posisi kedua diisi Malaysia dan ketiga Thailand yang selama ini menjadi “Detroit”-nya industri otomotif regional.

Berdasarkan laporan GAIKINDO, penjualan mobil secara whole sales di Indonesia pada kuartal pertama 2024 turun tajam 23,9 persen. Para produsen mobil mengirimkan 215.069 unit ke dealer. Dilihat dari lingkup ASEAN, posisi ini masih berada paling atas. Dalam periode sama tiga bulan pertama 2023 lebih tinggi. 

Sri Agung Handayani, Marketing Director, Corporate Planning and Communication Director PT Astra Daihatsu Motor memberikan sejumlah pandangan. Beberapa sebab di antaranya penurunan daya beli akibat perekonomian nasional yang belum stabil. Kemudian sebagian besar masyarakat membeli kendaraan dengan cara kredit. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan, NPL) meningkat. 

Alhasil, lembaga pembiayaan juga semakin memperketat calon debitur. Padahal sokongan perusahaan finansial amat berpengaruh. “Kami berharap kondisi ini tak berlangsung lama. Kemudian market bisa kembali terkoreksi naik hingga akhir tahun,” kata Sri. 

BACA JUGA:Pameran Otomotif GIIAS 2024 Segera Digelar

BACA JUGA:Demand Komponen Otomotif Meningkat

Malaysia menempati posisi kedua penjualan. Menurut laporan Malaysian Automotive Association, mereka mengumpulkan penjualan 202.245 unit, naik lima persen dari periode sama tahun lalu. “Pembebasan pajak penjualan untuk kendaraan produksi dalam negeri – yang merupakan bagian dari paket stimulus ekonomi pemerintah. Memberikan dorongan bagi merek mobil nasional Perodua dan Proton. Mereka menguasai pangsa pasar sekitar 60 persen,” terangnya.

Pengecualian pajak dimulai tahun pandemi 2020, meskipun berhenti pertengahan 2022. Pemenuhan pemesanan bebas pajak terus meningkat pada 2023, menurut asosiasi. Banyaknya peluncuran model baru termasuk kendaraan listrik dengan harga kompetitif. Turut membantu memacu penjualan di Malaysia.

Penjualan mobil di Thailand justru merosot, terjerembab di posisi ketiga. Data dari The Federation of Thai Industries (FTI), mereka hanya menorehkan 163.666 unit dari Januari hingga Maret 2024. Kinerjanya turun 25 persen pada kuartal pertama dibandingkan tahun sebelumnya. 

“Penjualan mobil di sana telah turun dari tahun ke tahun sejak Juni 2023 lalu karena peningkatan angka kredit mobil bermasalah (NPL),” sebutnya. Penyerapan pasar domestik juga stagnan secara umum. Namun masih tertolong dari pangsa pasar kendaraan listrik. Meningkat berkat invasi pabrikan Tiongkok. (fad)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan