Bukit Gundul, Air Bah Meluncur, Sebelum Banjir Bandang, Warga Sempat Subuh Berjemaah

GUNDUL : Penampakan bukit yang gundul karena penebangan liar di kawasan TNKS, termasuk wilayah DesaSukamenang,Karang Jaya, Muratara. Kondisi ini salah satu yang memicu terjadinya banjir.-Foto: Ist-

MURATARA, SUMATERAEKSPRES.ID - Bencana banjir bandang di wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) menyisakan cerita duka. Tak hanya menyebabkan banyak kerugian materiil, tapi juga merenggut korban jiwa. 

Detik-detik banjir dengan titik terdalam mencapai 7 meter itu begitu menegangkan. Diceritakan Safar,warga Desa Bukit Ulu, Kecamatan Karang Jaya, Selasa (16/4) sekitar pukul 05.00 WIB, hujan deras di wilayah ulu Bukit Barisan. Hujan terjadi sejak Senin malam. 

Sebelum banjir menerjang desa, dia bersama warga lainnya sempat melaksanakan salat Subuh berjemaah di masjid yang bereda di tepian Sungai Rupit.  Saat itu, kondisi biasa saja. Lantunan doa dan zikir usai salat masih berkumandang melalui toa masjid. 

Suasana hujan yang tinggal gerimis semakin menambahkan syahdu suasana subuh itu. Setelah salat, Safar dan yang beberapa jemaah masih duduk-duduk di beranda masjid. “Waktu itu kami melihat air luapan sungai mulai turun dari ulu, bawa akar dan potongan kayu yang hanyut terbawa air,” ungkapnya. 

Air terus meluap dan akhirnya menggenangi permukiman warga. Hanya dalam tempo beberapa jam. Awalnya setinggi 1 meter, lalu naik lagi jadi 2 meter. “Di titik yang dalam 5 meter dan paling dalam bisa 7 meter. Itu kondisi sekitar jam 12 siang,” beber Safar. Sejak awal air mulai genangi pemukiman, warga yang semula bersiap melakukan aktivitas pagi mulai waswas dan waspada. Begitu banjir makin dalam, kepanikan pun terjadi.

BACA JUGA:Korban Musibah Banjir di Muratara Bertambah, 2 Meninggal Dunia, 1 Masih Dicari

BACA JUGA:4 Hanyut, 2 Meninggal, 11.356 Orang Terisolir, Dampak Banjir Luapan Sungai Rupit dan Rawas

Rata-rata warga tidak siap. Karena wilayah mereka dalam periode puluhan tahun terakhir tidak pernah tersentuh banjir luapan sungai. Karena banjir kali ini, seluruh warga desa berjuang masing-masing menyelamatkan keluarga dan barang barang berharga.

"Kami mengungsi ke atas bukit dan tidak bisa turun lagi ke permukiman karena banjir sudah setinggi 7 meter," ceritanya. Banyak rumah rumah warga roboh, baik yang dari kayu maupun beton. Ada yang terseret derasnya arus.

Terdata, ada 49 rumah rusak/hanyut, 7 jembatan putus, empat warga hanyut, dua diantaranya ditemukan meninggal. Satu masih dalam pencarian dan satu lainnya selamat.

Banjir juga melanda wilayah Ulu Rawas. Aliran Sungai Rawas ikut meluap seperti Sungai Rupit. “Banjir kali ini lebih besar dari sebelumnya,” kata Sukarno warga Pulau Kidak.

Salah satu warga yang hanyut, Robi (22). Jasadnya ditemukan kemarin sejauh 50 km dari lokasi awal. Sukarno menuturkan, pada saat terjadi banjir, Robi bersama rekannya, Rendi sempat mengikat getah karet di pinggir sungai.

Mereka takut getah karet itu hanyut, karena itu hasil sadar yang dia kumpulkan sebagai petani karet sejak awal Ramadan. Belum sempat dijual. Saat itu, Rendi dan Robi hendak menarik kayu yang hanyut yang menabrak getah karet mereka. 

BACA JUGA:Sedih, 2 Warga Meninggal, 49 Rumah Roboh, dan 7 Jembatan Putus Akibat Banjir Luapan di Muratara

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan