Makam Putri Bagus Kuning di Plaju Dijaga Kera. Mitosnya kalahkan 11 Pendekar dan ajak Masuk Islam
Makam Putri Bagus Kuning di Kawasan Komplek Pertamina Bagus Kuning Kecamatan Plaju dijaga kera.--
PALEMBANG,SUMATERA EKSPRES.ID -Bagi warga Kota Palembang khususya kawasan Plaju pasti sangat mengenal sosok Putri Bagus Kuning.
Dimana makamnya yang terletak di komplek Pertamina Bagus Kuning Kecamatan Plaju Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan ini dijaga kera.
Putri Bagus Kuning merupakan Ratu memiliki nama asli Putri Mulya Syarifah Mahani binti Syekh Dik Syekh Zainal Abidin Al Abib Yama dari Putra Sayyidina Hussein r.a bin Sayyidina Ali diyakini ikut andil dalam penyebaran Islam di Bumi Sriwijaya.
Multan Panji selaku juru kunci Makan Putri Bagus Kuning, menceritakan perjalan Ratu Bagus Kuning. Diketahui Putri Bagus Kuning merupakan murid Wali Sanga yang berasal Pulau Jawa.
Ia melakukan perjalanan ke Palembang untuk menyebarkan agama Islam. Hal itu dilakukannya usai mendapatkan bisikan gaib. "Awalnya Putri Bagus Kuning tidak langsung singgah ke Palembang, melainkan di kawasan Batang Hari Sembilang atau Provinsi Jambi," tuturnya.
Pria yang dipercaya mengurus makam Ratu Bagus Kuning sejak 2016 itu mengatakan Putri Bagus Kuning sempat bertarung dengan 11 orang pendekar.
"Namun berkat kesaktian yang dimilikinya, 11 pendekar tersebut akhirnya mampu dikalahkan dan memutuskan untuk memeluk Islam," ujarnya.
Menurutnya, 11 pendekar tersebut dipercaya masyarakat Palembang secara turun temurun sebagai penghulu.
Terdiri dari Kuncung Emas, Datuk Buyung, Panglima Gede, Panglima Bisu, Syekh Ali Akbar, Panglima Apo, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, dan Bujang Juaro.
"Mereka (penghulu) tersebut juga menjadi pengikut setia Putri Bagus Kuning serta ikut menyebarkan ajaran Islam. Bahkan ada beberapa penghulu tersebut yang makamnya berada di Bukit Seguntang, Palembang," katanya.
Hingga pada suatu saat Putri Bagus Kuning tiba di bagian hulu dari Kota Palembang, tepatnya saat ini menjadi wilayah Plaju. Akhirnya, rombongan Putri Bagus Kuning memutuskan untuk beristirahat di tempat tersebut.
Namun, saat tengah beristirahat Putri Bagus Kuning menyadari jika tempat yang berada di tepian Sungai Musi tersebut merupakan kerajaan dari siluman kera.
Para siluman tersebut juga merasa terusik dengan kedatangan rombongan Putri Bagus Kuning dan menantang untuk bertarung.
"Hingga kemudian, Putri Bagus Kuning bertarung dengan raja siluman kera, dengan sebuah perjanjian pihak yang kalah harus tunduk dan menjadi pengikut pihak yang menang," kata Multan.
Raja siluman kera tersebut akhirnya kalah dan tunduk kepada Ratu Bagus Kuning, kemudian para siluman kera juga menjadi pengikut dari Putri Bagus Kuning.
Setelah itu, Putri Bagus Kuning memutuskan untuk menetap di wilayah tersebut dengan mendirikan sebuah keraton, dan dirinya mendapatkan gelar Panglima Ratu Bagus Kuning.
Lebih jauh diceritakan Multan, berdasarkan jejak sejarah, Putri Bagus Kuning belum pernah menikah dan terus menyebarkan ajaran Islam hingga akhir hayatnya.
Selain itu, masyarakat juga percaya jika sejumlah kera yang saat ini berada di kompleks pemakaman Ratu Bagus Kuning merupakan pengikutnya yang masih setia untuk menjaga makam tersebut.
"Sedikit berbeda dari tempat lain, kera di makam Ratu Bagus Kuning ini juga memiliki ekor panjang," katanya. Hal ini, tak ada lagi yang tersisa dari keraton yang pernah didirikan oleh Putri Bagus Kuning di kawasan tersebut.
Karena kata Multan, saat zaman kolonial Belanda, kawasan itu dibangun perumahan karyawan perusahaan perminyakan yang kini bernama PT Pertamina. (irf)