Budi Pekerti Film Ringan Tapi Punya Pesan Mendalam, Ajak Kita Bijak Bermedia Sosial
Film Budi Pekerti. Foto: Poster Budi Pekerti--
SUMATERAEKSPRES.ID - Film "Budi Pekerti," menarik perhatian publik karena kisahnya yang sangat menyentuh hati. Cerita Bu Prani, yang diperankan oleh Sha Ine Febriyanti, dianggap relevan dengan tantangan hidup di era digital yang sangat tergantung pada media sosial.
Bu Prani, seorang guru BK di salah satu sekolah, terjerat dalam masalah pasca video perselisihannya dengan seorang pengunjung pasar yang tiba-tiba viral di media sosial. Hanya karena potongan video singkat yang disebar tanpa pertanggungjawaban, hidup tenang Bu Prani tiba-tiba berubah.
Film ini penuh dengan pelajaran berharga dan menyampaikan pesan positif kepada penontonnya. Berikut adalah beberapa pesan positif terkait penggunaan media sosial yang bisa kita ambil setelah menonton "Budi Pekerti":
Jangan menghakimi sepihak tanpa mengetahui penjelasan secara utuh
Dalam film ini, ada adegan di mana seorang murid Bu Prani, Gora, memberikan kesaksian tentang metode hukuman yang diubah menjadi metode refleksi, yang membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, warga internet justru terprovokasi oleh penilaian dari orang yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa tersebut.
Menghubungkan kondisi mental Gora dengan metode hukuman Bu Prani yang tidak biasa akhirnya menciptakan permasalahan lebih besar. Hindari menghakimi suatu peristiwa tanpa memahami seluruh konteksnya.
Bijak bermedia sosial dengan tidak mudah terprovokasi oleh orang lain
Di media sosial, semua orang bebas memberikan pendapat, berkomentar, bahkan merundung orang lain. Tanpa disadari, pandangan negatif seseorang tentang suatu peristiwa dapat memprovokasi banyak orang untuk menyakiti pihak tertentu.
Seperti yang dialami Bu Prani dalam film ini, dia menjadi viral karena reaksinya dalam video yang hanya merupakan potongan kecil dari keseluruhan insiden.
Namun, akibat provokasi yang tidak bertanggung jawab, Bu Prani dan keluarganya harus menghadapi perundungan. Sebaiknya, kita sebagai pengguna media sosial tidak langsung merespons tanpa melakukan pengecekan ulang terhadap informasi yang kita terima agar ekosistem media sosial kita lebih sehat.
Tren cancel culture bisa menjadi masalah serius dalam hidup seseorang
Tren "cancel culture" digunakan untuk memboikot atau menghentikan popularitas seseorang. Budaya ini bisa memiliki dampak yang sangat beragam pada individu, tergantung pada sudut pandang subjektif, tetapi sering kali dapat merusak citra seseorang yang tidak bersalah.
Dalam film ini, budaya ini berdampak serius pada keluarga Bu Prani. Hilangnya kepercayaan, pekerjaan, dan masalah kesehatan mental menjadi konsekuensinya.
Jadi, apakah kamu setuju bahwa ada banyak nilai positif yang bisa kita ambil dari film ini? Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana kita berinteraksi dengan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.