Cabai Merah Populer dan Diminati Warga

MURATARA - Budidaya cabai merah merupakan salah satu tanaman yang cukup populer dikembangkan masyarakat di Kabupaten Muratara. Selain sering digunakan masyarakat, harga cabai merah juga sering alami inflasi. Irawan, warga Kecamatan Karang Jaya mengatakan, khusus di wilayah Kecamatan Karang Jaya, cukup banyak warga yang menanam cabai merah di sekitar pekarangan rumah. ‘’Selain bisa mempercantik rumah dengan penghijauan, tanaman cabai merah juga bisa  dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari,’’ ujarnya. Banyak warga yang menanam di pekarangan rumah, tetapi ada juga yang melakukan penanaman di pot atau polybag.

‘’Menanam cabai saat ini cukup populer, setelah pemerintah mempromosikan program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP).
Apalagi harga cabai merah sering alami naik turun, jadi banyak warga menanam lima sampai 10 batang di sekitar perkarangan rumah,” bebernya. Marzuki, penyuluh program GSMP di Kabupaten Muratara, menuturkan jika komoditi cabai merah memang populer di tengah masyarakat. Ada beberapa faktor produk ini sangat diminati warga. Di antaranya bibit mudah didapat, pengembangan mudah, dan cabai selalu digunakan warga hampir setiap rumah. “Cabai merah paling diminati masyarakat khususnya warga di Muratara. Karena warga menganggap komoditas ini sangat mudah dikembangkan dan bisa  digunakan secara langsung,” ujarnya. Marzuki menuturkan, respons masyarakat terhadap program GSMP saat ini semakin meningkat, mengingat tingkat keberhasilan mencapai 80-90 persen.
‘’Cabai merah, produk yang sudah sangat akrab di masyarakat dan hampir setiap hari dikonsumsi warga,” ucapnya. Untuk masyarakat banyak menginginkan program GSMP ini terus dilanjutkan dan diperluas lagi.
Masyarakat menganggap program ini bersentuhan secara langsung dan bisa mengubah pola pikir masyarakat, serta menciptakan peluang ekonomi. ‘’Respons masyarakat terhadap program GSMP banyak warga sangat merasakan manfatnya secara langsung dan minta diperluas lagi,” ucap Marzuki. Menurutnya, untuk harga cabai merah sendiri di wilayah ini sering kali alami inflasi harga. Untuk standar harganya sendiri Rp25 ribu per kg, namun sering melejit hingga Rp100 ribu/kg di pasaran lokal. (zul)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan